PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Cabe rawit adalah tumbuhan anggota
genus Capsicum frutescens L. Buahnya
dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabe yang pedas
sangat populer di Asia Tenggara sebagai penguat rasa makanan. Bagi seni masakan
Padang, cabe bahkan dianggap sebagai "bahan makanan pokok" ke sepuluh
(alih-alih sembilan). Sangat sulit bagi masakan Padang dibuat tanpa cabe.
Cabe sebagai salah satu jenis
sayuran, merupakan produk komoditi pertanian yang paling digemari oleh
mayoritas masyarakat Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah kecendrungan
masyarakat Indonesia yang menyukai jenis masakan pedas dan berbumbu lengkap.
Hal ini yang menjadikan prospek budidaya cabe sangat digemari dan menjadi
pilihan utama diantara berbagai kalangan petani.
Seiring meningkatnya jumlah penduduk
Riau, permintaan akan cabe akan semakin meningkat. Ketersediaannya menjadi
suatu prospek usaha yang cerah. Selama ini, petani Riau mayoritas adalah petani
perkebunan, yang mana sawit menjadi pilihan utama. Dengan mempertimbangkan
aspek yang akan datang, permintaan cabe sebagai salah satu bumbu yang wajib ada
dalam dapur, budidaya cabe akan tetap menjadi prospek yang menjanjikan dan
patut untuk diusahakan.
Selain itu, penulis juga telah mendapatkan lahan kosong yang
dapat dimanfaatkan untuk membudidayakan cabe rawit ini. Maka dari itu, penulis
tertarik untuk merencanakan bisnis cabe rawit ini sebelum melakukan usaha
budidaya cabe rawit.
1.2. Tujuan dan Manfaat
Perencanaan bisnis ini dibuat untuk
mengetahui gambaran usaha Agribisnis cabe rawit yang akan dilakukan dalam
melakukan usaha oleh penulis. Pembuatan perencanaan bisnis ini, adalah sebuah
langkah awal untuk menyesuaikan anggaran dasar yang akan dikeluarkan dengan
memulai Agribisnis cabe rawit.
Tujuan dari perencanaan bisnis ini
yaitu :
1. Mengetahui anggaran yang dikeluarkan
untuk usaha cabe rawit.
2. Mengetahui keuntungan dari usaha
cabe rawit
3. Mengetahui apakah usaha cabe rawit
ini layak atau tidak
4. Mengetahui tingkat dimana usaha cabe
rawit dalam keadaan tidak untung dan tidak rugi
Dengan dibuatnya perencanaan bisnis
ini diharapkan dapat menjadi panduan agar dapat mengembangkan bisnisnya dengan
baik. Dengan pengembangan Agribisnis cabe dalam skala kecil menengah, akan
dapat meningkatkan produksi cabe nasional. Hal ini tentunya menjadi langkah
yang positif untuk menjadikan Indonesia swasembada cabe, tanpa harus mengimpor
dan berkutat pada masalah harga cabe yang sering meroket naik.
Seperti yang kita ketahui, cabe
merupakan komoditas sayuran yang sangat merakyat. Semua masyarakat
memerlukannya. Umumnya, cabe digunakan sebagai pelengkap bumbu masakan,
dijadikan sambal cemilan, atau dapat juga dijadikan manisan cabe.
Manfaat cabe sebagai salah satu
sayuran yang mengandung vitamin C, dan terdapat zat – zat lain yang tak kalah
penting untuk kesehatan tubuh. Tak heran
bila volume peredaran dipasaran sangat banyak jumlahnya, mulai dari pasar
rakyat, pasar swalayan, warung pinggir jalan, restoran kecil hingga hotel
berbintang sehari harinya membutuhkan cabe dalam jumlah yang tidak sedikit
untuk melengkapi masakannya.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Tanaman Cabe
Tanaman cabe merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan
(solanaceae) yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabe berasal
dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua
Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia. Selain di Indonesia, ia juga
tumbuh dan populer sebagai bumbu masakan di negara-negara Asia Tenggara
lainnya. Di Malaysia dan Singapura dinamakan cili padi, di
Filipina siling labuyo, dan di Thailand phrik khi nu. Di Kerala,
India, terdapat masakan tradisional yang menggunakan cabe rawit dan dinamakan kanthari
mulagu. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Thai pepper atau
bird’s eye chili pepper (Polengs, 2011).
Buah cabe rawit berubah warnanya dari hijau menjadi merah saat
matang dapat dilihat pada gambar 1. Meskipun ukurannya lebih kecil daripada
varitas cabai lainnya, ia dianggap cukup pedas karena kepedasannya mencapai
50.000 – 100.000 pada skala Scoville. Cabe rawit biasa di jual di pasar-pasar
bersama dengan varitas cabe lainnya.
Tanaman cabe merupakan tanaman perdu dengan percabangan banyak,
tinggi 50-100 cm. Batangnya berbuku-buku atau bagian atas bersudut. Daun
tunggal, bertangkai, letak berselingan. Helaian daun bulat telur, ujung
meruncing, pangkal menyempit, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 5-9,5
cm, lebar 1,5-5,5 cm, berwarna hijau. Bunga keluar dari ketiak daun, mahkota
bentuk bintang, bunga tunggal atau 2-3 bunga letaknya berdekatan, berwarna
putih, putih kehijauan, kadang-kadang ungu. Buahnya buah buni, tegak,
kadang-kadang merunduk, berbentuk bulat telur, lurus atau bengkok, ujung
meruncing, panjang 1-3 cm, lebar 2,5-12 mm, bertangkai panjang, dan rasanya
pedas.
Buah muda berwarna hijau tua, putih kehijauan, atau putih, buah
yang masak berwarna merah terang. Bijinya banyak, bulat pipih,
berdiameter 2-2,5 mm, berwarna kuning kotor.
Cabe
rawit terdiri dari tiga varietas, yaitu cengek leutik yang buahnya kecil,
berwarna hijau, dan berdiri tegak pada tangkainya; cengek domba (cengek bodas)
yang buahnya lebih besar dari cengek leutik, buah muda berwarna putih, setelah
tua menjadi jingga; dan ceplik yang buahnya besar, selagi muda berwarna hijau
dan setelah tua menjadi merah. Buahnya digunakan sebagai sayuran, bumbu masak,
acar, dan asinan. Daun muda dapat dikukus untuk lalap. Cabe rawit dapat
diperbanyak dengan biji (Polengs, 2011).
2.2. Syarat
Tumbuh
Pada umumnya cabe dapat ditanam pada dataran rendah sampai
ketinggian 2000 meter dpl, serta menyukai daerah kering, dan ditemukan pula
pada ketinggian 0,5-1.250 m dpl. Cabe dapat beradaptasi dengan baik pada
temperatur 24 – 27 derajat Celsius dengan kelembaban yang tidak terlalu tinggi.
Tanaman cabe dapat ditanam pada tanah sawah maupun tegalan yang gembur, subur,
tidak terlalu liat dan cukup air. Permukaan tanah yang paling ideal adalah
datar dengan sudut kemiringan lahan 0 sampai 10 derajat serta membutuhkan sinar
matahari penuh dan tidak ternaungi, pH tanah yang
optimal antara 5,5 sampai 7.
Tanaman
cabe juga sangat bagus jika intensitas pengairannya cukup, tetapi apabila
jumlahnya berlebihan dapat menyebabkan kelembaban yang tinggi dan merangsang
tumbuhnya penyakit jamur dan bakteri, namun sebaliknya jika kekurangan air,
tanaman cabe dapat kurus, kerdil, layu dan mati. Sehingga harus benar-benar
diperhatikan tingkat pengairannya agar tak terlalu over. Pengairan dapat menggunakan
irigasi, air tanah dan air hujan, sebaiknya menghadapai musim kemarau, kita
membuat kolam penampung dari pelastik di kebun kita agar pasokan air untuk
tanaman dapat terjaga secara optimum (Polengs, 2011).
2.3. Budidaya
Tanaman Cabe
Dalam pembudidayaan cabe, perlu ketrampilan dan pengalaman
lapangan yang memadai. Pemilihan varietas sangat penting untuk menyesuaikan
dengan kondisi lahan dan kebutuhan pasar (Sihotang, 2010). Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam budidaya adalah sebagai berikut :
a.
Persemaian Tanaman Cabe
Tahap
awal budidaya cabe adalah membuat persemaian guna menyiapkan bibit tanaman yang
sehat, kuat dan seragam sebagai bahan tanam di lapangan. Media semai yang
dipergunakan hendaknya mempunyai struktur yang
remah, tidak menahan air dan cukup nutrisi. Bahan yang dapat digunakan adalah
campuran kompos, tanah, dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Untuk
menambahkan nutrisi berikan pupuk NPK grand S-15 sebanyak 80 gram yang telah
dihaluskan untuk tiap 3 ember campuran bahan tersebut (Sihotang, 2010).
Setelah
bahan tercampur, masukkan bahan pada kantung plastik dengan ukuran 8 x 9 cm
sampai 90 % penuh, dan buat lubang pembuangan air pada plastik bagian bawah
yang telah terisi media. Atur media pada bedeng semai yang telah disiapkan.
Bedeng semai dibuat dengan tinggi 20 – 50 cm dengan lebar 80 – 100 cm dan
panjang menyesuaikan kondisi. Arah bedengan diatur membujur utara selatan
dengan memberikan atap penutup dari plastic dengan tiang penyangga bagian timur
100 cm dan bagian barat 80 cm atau atap dapat dibuat dengan model ½ lingkaran .
Hal ini dimaksudkan agar bibit yang tumbuh cukup mendapatkan sinar matahari
sehingga tidak mengalami etiolasi (Sihotang, 2010).
Langkah
selanjutnya adalah pemeraman benih yang bertujuan untuk mengecambahkan benih.
Media pemeraman yang digunakan adalah kain handuk atau 3 – 5 lapis kertas
merang yang disemprot dengan larutan fungisida Victory dengan kosentrasi 3 gram
/ liter. Benih ditaburkan secara merata pada media dan diusahakan tidak
menumpuk. Benih yang digunakan sebaiknya benih cabe hibrida yang telah diberi
perlakuan pestisida (Sihotang, 2010).
Media
digulung atau dilipat dan disimpan dalam suhu kamar. Untuk menjaga kelembaban
media peram, semprotkan air dengan handspray setiap pagi dan sore. Setelah 4
sampai 7 hari, benih akan mengeluarkan radikula atau calon akar. Dengan bantuan
penjepit, benih yang telah mengeluarkan calon akar di tanam pada media semai
yang disiram terlebih dahulu setiap pagi dan sore persemaian perlu disiram.
Untuk mencegah gangguan cendawan, semprot persemaian dengan fungisida Starmyl
25WP dan Victory 80WP secara bergantian dengan konsentrasi 0,5 gram / liter.
Untuk mencegah gangguan hama persemaian, semprot dengan insektisida winder
100ec dengan konsentrasi 0,5 cc / liter. Persemaian juga dapat dilakukan dengan
meletakkan benih secara langsung pada media semai tanpa diperam terlebih dahulu
(Sihotang, 2010).
b.
Pengolahan Tanah untuk Penanaman Cabe
Lahan
yang akan dipakai tempat penanaman harus dibersihkan dari segala macam gulma
dan akar bekas tanaman lama, agar pertumbuhan akar tidak terganggu dan untuk
menghilangkan tumbuhan yang menjadi inang hama dan penyakit. Apabila lahan
banyak ditumbuhi gulma, pembersihannya lebih baik menggunakan Herbisida
Sistemik seperti Rambo 480AS dengan dosis 2 sampai 4 liter per hektar
(Sihotang, 2010).
Selanjutnya
lahan dibajak dan digaru dengan hewan ternak maupun dengan bajak traktor.
Pembajakan dan penggaruan bertujuan untuk menggemburkan, memperbaiki aerasi
tanah dan untuk menghilangkan OPT yang bersembunyi di tanah. Buat
bedengan dengan ukuran lebar 100 – 110 cm dengan ketinggian bedengan 50 – 60 cm
dan lebar parit 50 – 60 cm . Panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan
(Sihotang, 2010).
Pengukuran
pH tanah juga perlu dilakuan dengan alat pH meter atau dengan kertas lakmus.
Untuk menaikkan pH tanah lakukan pengapuran lahan menggunakan dolomint atau
kapur gamping dengan dosis 2 – 4 ton/Ha atau 200 – 400 gram/meter persegi
tergantung pH tanah yang akan dinaikkan. Pengapuran diberikan pada saat
pembajakan atau pada saat pembuatan bedengan bersamaan dengan sebar kompos atau
pupuk kandang. Pupuk kandang yang diperlukan adalah 10 sampai 20 ton/ha atau ½
sampai 1 zak untuk 10 meter panjang bedengan. Pupuk dasar yang diberikan adalah
pupuk NPK grand S-15, 2 kg untuk 10 meter panjang bedengan atau 2 ton /
hektar (Sihotang, 2010).
Tahap
berikutnya adalah pemasangan mulsa plastik hitam perak yang berguna untuk
menekan perkembangbiakan hama dan penyakit, pertumbuhan gulma, mengurangi
penguapan, mencegah erosi tanah, mempertahankan struktur, suhu dan kelembaban
tanah serta dapat mencegah terjadinya pencucian pupuk. Pemasangan mulsa
dilakukan dengan cara membentang dan menarik antara dua sisi dengan permukaan
perak di bagaian atas.
Setiap ujung dan sisi
mulsa dikancing dengan pasak. Agar pemasangan mulsa lebih optimal dan dapat
menutup permukaan bedengan dengan baik sebaiknya dilakukan pada siang hari atau
saat cuaca panas (Sihotang, 2010).
c.
Teknik Bertanaman Cabe
Selanjutnya
dikatakan jarak tanam yang digunakan adalah 50 – 60 cm jarak antar lubang dan
60 – 70 cm untuk jarak antar barisan dengan pola penanaman model segitiga atau
zig-zag. Pembuatan lubang tanam sedalam 8 sampai 10 cm dilakukan
bersamaan dengan pembuatan lubang pada mulsa yang berpedoman pada pola yang
dipakai dan sesuai jarak tanam yang dianjurkan . Pembuatan lubang pada mulsa
dapat juga menggunakan sistem pemanasan dengan menggunakan kaleng dengan
diameter kurang lebih 8 – 10 cm. Lubang tanam dibuat dengan cara menugal tanah
sedalam 8 – 10 cm.
Bibit
cabe dipersemaian yang telah berumur 15 – 17 hari atau telah memiliki 3 atau 4
daun, siap dipindah tanam pada lahan. Semprot bibit dengan fungisida dan
insektisida 1 – 3 hari sebelum dipindahtanamkan untuk mencegah serangan
penyakit jamur dan hama sesaat setelah pindah tanam. Seleksi dan pengelompokan
bibit berdasarkan ukuran besar kecil dan kesehatanya. Penanaman sebaiknya
dilakukan pada sore hari atau pada saat cuaca tidak terlalu panas, dengan cara
merobek kantong semai dan diusahakan media tidak pecah dan langsung.
dimasukkan pada
lubang tanam, kemudian lakukan pemasangan lanjaran atau ajir, dipasang di
samping lubang tanam (Sihotang, 2010).
d.
Pemeliharaan Tanaman Cabe
Setelah
tanaman berumur 7 – 14 hari setelah tanam , tanaman yang tidak dapat tumbuh
dengan normal atau mati perlu dilakukan penyulaman dengan bibit yang masih ada
di persemaian. Jika pada lubang tanam tumbuh gulma, maka perlu dilakukan
penyiangan dengan cara mencabut . Pengendalian gulma perlu dilakukan pada gulma
yang tumbuh di parit dengan menggunakan cangkul atau dengan herbisida Rambo
480AS. Pada saat aplikasi nozelnya perlu diberi sungkup agar semprotan
herbisida tidak mengenai tanaman cabe (Sihotang, 2010).
Pewiwilan
perlu dilakukan pada tunas yang tumbuh pada ketiak yang berada dibawah cabang
utama dan bunga pertama yang muncul pada cabang utama. Pewiwilan ini dilakukan
agar pertumbuhan vegetatif tanaman dapat optimal (Sihotang, 2010).
Pengikatan
dilakukan saat tanaman umur 10 – 15 hst dengan mengikatkan batang yang berada
dibawah cabang utama dengan tali plastic pada lanjaran atau ajir. Pada saat
tanaman berumur 30 – 40 hst, ikat tanaman diatas cabang utama dan ikat juga
pada saat pembesaran buah yaitu pada umur 50 -60 hari setelah tanam (HST)
(Sihotang, 2010).
e. Pengairan
Pengairan
dilakukan setiap 7 – 10 hari atau tergantung kondisi lahan dengan cara
menggenangi. Pada waktu pelepasan air dari petak penanaman harus dilakukan
dengan pelan agar tidak terjadi pencucian pupuk dari bedeng tanaman (Sihotang,
2010).
2.4
Panen dan Pasca Panen
a.
Panen
Pada
saat tanaman berumur 75–85 HST yang ditandai dengan buahnya yang padat dan
warna merah menyala, buah cabe siap dilakukan pemanenan pertama. Umur
panen cabe tergantung varietas yang digunakan, lokasi penanaman dan kombinasi
pemupukan yang digunakan serta kesehatan tanaman. Tanaman cabe dapat dipanen
setiap 2–5 hari sekali tergantung dari luas penanaman dan kondisi pasar
(Sihotang, 2010).
Pemanenan
dilakukan dengan cara memetik buah beserta tangkainya yang bertujuan agar cabe
dapat disimpan lebih lama. Buah cabe yang rusak akibat hama atau penyakit harus
tetap di panen agar tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman cabe sehat.
Pisahkan buah cabe yang rusak dari buah cabe yang sehat.
Waktu
panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena bobot buah dalam keadaan
optimal akibat penimbunan zat pada malam hari dan belum terjadi penguapan
(Sihotang, 2010).
b.
Pasca Panen Tanaman Cabe
Hasil panen yang telah dipisahkan antara cabe yang sehat dan
yang rusak, selanjutnya dikumpulkan di tempat yang sejuk atau teduh sehingga
cabe tetap segar. Untuk mendapatkan harga yang lebih baik, hasil panen
dikelompokkan berdasarkan standar kualitas permintaan pasar seperti untuk
supermarket, pasar lokal maupun pasar eksport (Sihotang, 2010).
Setelah
buah cabe dikelompokkan berdasarkan kelasnya, maka pengemasan perlu dilakukan
untuk melindungi buah cabe dari kerusakan selama dalam pengangkutan. Kemasan
dapat dibuat dari berbagai bahan dengan memberikan ventilasi. Cabe siap
didistribusikan ke konsumen yang membutuhkan cabe segar. Dengan penerapan teknologi
budidaya, penangganan pasca panen yang benar dan tepat serta penggunaan benih
hibrida yang tahan hama penyakit dapat meningkatkan produksi cabe yang saat ini
banyak dibutuhkan (Sihotang, 2010).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Waktu dan Tempat
Bisnis usaha agribisnis tanaman cabe ini dimulai dengan
penyemaian pada awal bulan April 2016. Usaha cabe rawit ini bertempat di sebuah
lahan yang tidak dimanfaatkan oleh pemiliknya, sehingga digunakan untuk usaha
budidaya cabe rawit. Lahan ini bertempat di Jalan Yos Sudarso dan lebih
tepatnya di belakang Mr.BOOM.
3.2. Rencana dan Biaya Usaha
Rencana dan biaya usaha akan lebih spesifik memaparkan
materi hasil kalkulasi untuk memulai agribisnis cabe, dimulai dari proses awal,
perawatan, pemanenan, hingga proses akhir, yakni pemasaran. Dalam rencana ini,
akan membahas model angka perhitungan dari seluruh rangkaian kegiatan
agribisnis cabe pada 7 bedeng atau 168 batang cabe. Rencana pemanenan dilakukan
selama 3 bulan atau sebanyak 12 kali panen.
3.3.
Analisis Usahatani
3.3.1. Biaya
Tetap
Untuk mengetahui nilai penyusutan peralatan usaha digunkan metode garis
lurus yaitu :
D = P – S
N
Keterangan:
D = Biaya penyusutan alat
(Rp/Tahun)
P = Harga beli alat (Rp/Unit)
S = Nilai sisa (Rp/Unit)
N = Umur ekonomis (Tahun)
Perencanaan bisnis untuk biaya tetap dalam usaha cabe rawit diantaranya
yaitu :
No
|
Alat
|
Jlh
|
Harga
|
Nilai sisa
|
umur ekonomis
|
penyusutan/
thn
|
penyusutan/
produksi
|
1
|
cangkul
|
2
|
150,000
|
5,000
|
2
|
72,500
|
36,250
|
2
|
pranat
|
2
|
32,000
|
2,000
|
1
|
30,000
|
15,000
|
3
|
parang
|
1
|
50,000
|
2,000
|
2
|
24,000
|
12,000
|
4
|
batu asah
|
1
|
30,000
|
-
|
2
|
15,000
|
7,500
|
5
|
gembor
|
2
|
85,000
|
500
|
1
|
84,500
|
42,250
|
6
|
mulsa
|
1
|
250,000
|
-
|
1
|
250,000
|
125,000
|
8
|
seprayer
|
1
|
35,000
|
-
|
1
|
35,000
|
17,500
|
Jumlah
|
10
|
632000
|
9500
|
10
|
511,000
|
255,500
|
Rata-rata
|
1.4
|
90285.7
|
1357.1
|
1.4
|
73,000
|
36,500
|
Dari tabel diatas dapat
diperoleh untuk modal biaya tetap dalam satu kali proses produksi yaitu dengan
total Rp255,500.
3.3.2. Biaya
Tidak Tetap
Biaya tidak tetap adalah biaya yang tidak habis dalam satu kali proses
produksi. Adapun biaya tidak tetap untuk usaha cabe rawit ini meliputi sebagai
berikut:
3.3.2.1.
Biaya Tenaga Kerja
Untuk tenaga kerja yang digunakan pada bisnis cabe rawit ini dibayar
dengan upah Rp50,000 perHKP. Pada tabel biaya tenaga kerja ini diperkirakan
untuk dari masa persemaian bibit cabai sampai pada masa panen cabe selesai
yaitu kurang lebih selama 6 bulan.
No
|
Jenis Kegiatan
|
HKP
|
Nilai
|
1
|
Pembibitan
|
42
|
2,100,000
|
2
|
persiapan lahan
|
45
|
2,250,000
|
3
|
Perawatan
|
45
|
2,250,000
|
4
|
Pemupukan
|
24
|
1,200,000
|
5
|
Panen
|
48
|
2,400,000
|
Jumlah
|
204
|
10,200,000
|
Rata-rata
|
41
|
2,040,000
|
Untuk
total biaya tenaga kerja usaha cabe rawit ini di perkirakan sampai
Rp10,200,000, dimulai dari kegiatan pembibitan, persiapan lahan, perawatan,
pemupukan, hingga pada masa panen.
3.3.2.2.
Biaya Pupuk
Untuk penggunaan pupuk pada
usaha cabe rawit dari awal sampai akhir yaitu :
No
|
Jenis Pupuk
|
Pemakaian
|
Nilai
|
1
|
Pupuk Npk
|
24
|
312,000
|
2
|
Pupuk Urea
|
12
|
84,000
|
3
|
Pupuk Kompos
|
240
|
840,000
|
4
|
Pupuk Kandang
|
240
|
360,000
|
Jumlah
|
516
|
1,596,000
|
Rata-rata
|
129
|
399,000
|
Pada
penggunakan pupuk pada usaha cabe ini yaitu Rp1,236,000. Dengan pemakaian pupuk
yaitu Pupuk Npk, Pupuk Urea, Pupuk Kompos, dan Pupuk Kandang.
3.2.2.3.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Penggunaan pengendalian hama dan penyakit pada usaha budidaya cabe rawit
ini digunakan sampai 2 botol dengan harga perbotolnya yaitu Rp30,000. Jadi
total biaya untuk pengendalian hama dan penyakit ini yaitu Rp60,000.
3.4. Pendapatan
Untuk
produksi cabe rawit ini, di harapkan pasda saat panen harganya tinggi dan pada
produksi ini sudah ada pasarnya yaitu pada warung seafood Mr.BOOM. Harga untuk
cabe rawit perkilonya yaitu Rp 25,000. Pada perencanaan ini yang akan dihitung
yaitu pendapatan kotor, pendapatan bersih, BCR, dan Bep nya.
Berikut
kalkulasinya :
No
|
Jenis Biaya Yang
digunakan
|
Rata-rata Biaya
|
1
|
Produksi
|
1008
|
2
|
Pupuk
|
Pupuk Kandang
|
Rp 360,000
|
Urea
|
Rp 84,000
|
NPK
|
Rp 312,000
|
Kompos
|
Rp 840,000
|
Jumlah Biaya Pupuk
|
Rp 1,236,000
|
3
|
Pestisida
|
Rp 60,000
|
4
|
Bibit
|
Rp 32,000
|
5
|
Tanah
|
Rp 1,800,000
|
6
|
Karung
|
Rp 240,000
|
7
|
Tenaga Kerja
|
Rp 10,200,000
|
8
|
Penyusutan
|
Rp 255,500
|
7
|
Jumlah Biaya Produksi
|
Rp 14,183,500
|
8
|
Pendapatan Kotor
|
Rp 25,200,000
|
9
|
Pendapatan Bersih
|
Rp 11,016,500
|
10
|
BCR
|
1,8
|
11
|
Bep Rupiah
|
Rp 571,203
|
12
|
Bep Unit
|
23
|
Dari rencana anggaran modal hingga analisis biaya dapat diperkirakan
pendapatan kotor yang akan diterima yaitu sebesar Rp 25,200,000. Sedangkan
untuk pendapatan bersih yang akan diterima yaitu sebesarRp 11,016,500 dengan
Total biaya Rp 14,183,500. Usaha cabe rawit yang akan direncanakan ini
dikatakan layak sebab BCR (Benefit Cost Ratio ) lebih dari 1 yaitu sebesar 1,8.
Usaha cabe rawit ini tidak dalam keadaan untung dan rugi atau berada dalam
titik impas (Bep) yaitu berada pada penjualan 23 kg cabe rawit dan dalam Rp
571,203 dari bep dalam rupiah penjualan.