BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Indonesia dalam perekonomian dunia saat ini masuk dalam kategori negara
yang sedang berkembang. Kondisi ini dipicu oleh banyak faktor antara lain
kemiskinan, pendidikan rendah dan lain sebagainya. Banyak pertanyaan yang
muncul mengapa Indonesia tidak dapat menjadi salah satu negara maju. Jika kita
melihat sumberdaya yang dimiliki Indonesia baik sumberdaya alam maupun
sumberdaya manusia, seharusnya Indonesia memiliki potensi yang besar. Selain
itu juga mempunyai kekayaan alamnya
sangat melimpah dan lahannya yang sangat subur. Ini lah
salah satu faktor kemiskinan yang terjadi di Indonesia bahwa masyarakat belum
bisa mengelola usahatani dengan baik dan belum bisa memperoleh hasil yang
maksimal.
Lebih dari 65 persen jumlah penduduk negara-negara berkembang tinggal
secara permanen, bahkan turun-temurun di perdesaan, sedangkan penduduk
negara-negara maju yang tinggal di desa kurang dari 27 persen. Demikian pula
halnya dengan angkatan kerja, sekitar 58 persen angkatan kerja di negara-negara
berkembang mencari nafkah di sektor pertanian, sedangkan negara maju hanya 5
persen. Dalam
konteks ini Indonesia belum bisa meninggkatkan taraf hidup rakyat, sedangkan
negara-negara lain yang dikategorikan sebagai negara maju telah menyempurnakan
kehidupan masyarakatnya.
Berlangsungnya proses industrialisasi telah mengubah kegiatan ekonomi
berbasis sumber daya hayati dari sekedar bentuk pertanian primer menjadi suatu
sektor pertanian modern dan besar yang dinamakan sektor agribisnis. Kata lain sektor agribisnis sebagai
bentuk modern dari pertanian primer yang mencakup empat subsistem yaitu
subsistem agribisnis hulu (upstream
agribusiness), yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan dan memperdagangkan
sarana produksi pertanian primer seperti bibit, pupuk dan lain sebagainya,
subsistem usahatani (on-farm
agribusisness), subsistem agribisnis hilir (downstream
agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang
mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan dan subsistem jasa
layanan pendukung seperti lembaga keuangan, transportasi, penyuluhan dan
lain-lain.
Masalah-masalah yang dihadapi dalam usahatani sebagai
berikut,
1.
Kurangnya
informasi harga
2.
Aspek
teknologi
3.
Perubahan
harga
4.
Meningkatnya
jumlah produsen
5.
Menurunnya
lahan pertanian
6.
Menurunnya
harga
7.
Perubahan
iklim
8.
Meningkatnya
kerusakan lingkungan dan perubahan iklim global
9.
Ketebatasan
akses petani terhadap permodalan dan masih tingginya suku bunga usahatani dll.
Kelurahan
Palas Kecamatan Rumbai merupakan daerah yang banyak membudidayakan tanaman
pertanian, termasuk Pepaya (Carica Papaya).
Para petani menanam berbagai jenis Pepaya seperti, Pepaya California, Pepaya
Palas, dan Pepaya Madu. Pepaya yang dihasilkan di Kelurahan Palas ini dapat
kita lihat dan kita rasakan di pasar-pasar yang ada di Pekanbaru, mulai dari
pasar tradisional maupun pasar modern, serta banyak juga para pedagang eceran
yang mengambil untuk dijual ke konsumen langsung.
Berdasarkan
uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “
Analisis Usahatani Pepaya ( Carica Papaya
) di Kelurahan Palas Kecamatan
Rumbai Kota Pekanbaru”.
1.2. Permasalahan
Usahatani
pepaya yang dilakukan petani di Kelurahan Palas Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru
merupakan suatu untuk menambah pendapatan keluarga. Dalam menjalankan usahatani
pepaya ini banyak petani yang menggunakan tenaga kerja yang berasal dari dalam
keluarga. Secara ekonomi petani tidak pernah menghitung apakah suatu usaha yang
mereka lakukan itu benar-benar menguntungkan atau tidak dalam perolehan
pendapatan hasil mereka.
Permasalahan dalam Praktikum Manajemen
Usahatani antara lain :
1.
Bagaimana
Produksi dan Pendapatan petani pepaya di Kelurahan Palas Kecamatan Rumbai Kota
Pekanbaru.
2.
Mengetahui
kelayakan usahatani pepaya di Kelurahan Palas Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru.
1.3. Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah :
1.
Menganalisis
biaya produksi dan pendapatan bersih usahatani pepaya di Kelurahan Palas Kecamatan
Rumbai Kota Pekanbaru.
2.
Mengetahui
kelayakan usahatani pepaya di Kelurahan Palas Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manajemen Usahatani
Sektor usahatani merupakan bidang usaha yang sejak lama mempunyai peranan yang cukup besar
bagi perekonomian negara. Berbagai komoditas seperti sawit, teh, kopi, dan
lain-lain. Sayang komuditas lain seperti hortikultura belum mampu dikembangkan
secara baik. Selain itu juga masalah teknis karena terbatasnya sumber daya.
Kelangkaan sumber pembiayaan bagi sektor usahatani seperti ini diakui oleh derektorat pembiayaan, Ditjen Bina Sarana
pertanian. Bagi pengusaha di sektor usahatani yang ingin meluaskan usahanya, peluang untuk mendapatkan biaya masih
terbuka lebar. Tidak hanya terbatas pada lembaga keuangan dan perbankan saja,
tetapi banyak pengusaha usahatani yang
berhasil mengembangkan usahanya melalui perorangan atau para calon pembeli
produknya. Bahkan adapula yang berhasil menghimpun dana masyarakat yang cukup
besar (Downey,1992).
Sebelum melakukan kegiatan usahatani perlu
dilakukan analisis modal atau pembagian, yaitu beberapa besar biaya yang harus
dikeluarkan untuk pengadaan tanah (biaya membeli atau sewa lahan), membiayai
produksi (seperti bibit, tenaga kerja, pupuk, dan pasca panen). Analisis ini dapat diketahui besarnya modal yang diperlukan untuk membiayai
kegiatan bisnis dan besarnya kekurangan modal yang tidak bisa dipenuhi dari kas
pribadi atau perusahaan. Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara
efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan
sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya. Dikatakan efisien bila
pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran atau output yang melebihi
masukan atau input (Soekartawi, 2006).
Usahatani adalah suatu kegiatan mengusahakan dan mengkoordinir
faktor-faktor produksi berupa lahan, tenaga kerja, dan modal sehingga
memberikan manfaat sebaik-baiknya. Usahatani merupakan cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan
mengkoordinasikan, penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien
mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin. Petani
berusaha keras dalam mengerjakan lahan olahanya dididampingi pemerintah sebagai
tempat menggantungkan modal usaha (Suratiyah,
2006).
Biaya usaha
tani dibedakan menjadi Biaya tetap (fixed cost) biaya yang relatif tetap
jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau
sedikit. Beberapa biaya tetap adalah sewa
tanah, pajak, alat pertanian, dan iuran irigasi Biaya tidak tetap (variable
cost), biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, seperti biaya saprodi (tenaga kerja,
pupuk, pestisida, dan bibit). Biaya ini dapat berubah sewaktu-waktu menurut
penggunaan dan komoditas yang ditanam (Sukirno,
2003).
Menurut Rahmi (2011) biaya eksplisit (explicit cost) adalah pengeluaran-pengeluaran yang
berupa pembayaran dengan uang untuk mendapatkan faktor-faktor produksi dan
bahan mentah yang dibutuhkan seperti upah tenaga kerja luar keluarga (TKLK),
pengadaan semua benih/bibit, pupuk, obat-obatan, dan lain-lain. Hasil akhir
dari suatu produksi dalam pertanian atau lainnya dapat bervariasi disebabkan
oleh perbedaan kualitas yang dihasilkan, bila kualitas produk itu baik berarti usahatani tersebut dilaksanakan dengan
baik dan sebaliknya bila usahatani yang dilakukan tidak baik maka kualitas
produk yang dihasilkan juga tidak baik. Semua pengolahan tergantung kepada
setiap petani yang mengolah hasil pertanian tersebut (Dwi, 2011).
2.2. Pepaya (Carica papaya)
Pepaya (Carica papaya)
merupakan buah-buahan tropis. Tanaman ini dipercaya berasal dari daerah tropis
di benua Amerika. Dari tempat ini menyebar ke berbagai belahan bumi.
Budidaya pepaya bisa dilakukan di
dataran rendah hingga ketinggian 1000 meter dari permukaan laut. Namun
ketinggian lahan optimalnya berkisar 50-700 meter dpl. Tanaman ini menghendaki
curah hujan sekitar 1000-2000 mm per tahun yang merata sepanjang tahun. Di
daerah bermusim kering pohon pepaya masih bisa berbuah dengan bantuan
penyiraman teratur.
Drainase tanah yang baik sangat dibutuhkan dalam usaha
budidaya pepaya. Genangan air akan menyebabkan busuk akar pada tanaman pepaya.
Tanaman ini menghendaki tanah gembur dengan porositas yang baik dan pH tanah
sekitar 6-7.
A.
Sifat tanaman pepaya
Pepaya
merupakan tanaman perdu yang bisa tumbuh hingga 3 meter. Batang pepaya
berongga, jaringannya lunak dan berair. Tanaman ini mempunyai akar tunggang dan
akar samping yang lunak. Pertumbuhan akar dangkal dan agak lemah.
Bunga pepaya
tumbuh pada ketiak daun, baik berupa bunga tunggal maupun rangkaian. Terdapat
tiga jenis bunga pepaya, yakni bunga jantan, bunga betina dan bunga sempurna
(mempunyai putik dan benang sari atau hemafrodit).
Berdasarkan sifat
bunga, dikenal pohon pepaya jantan, pohon betina dan pohon sempurna. Pohon
pepaya jantan tidak akan menghasilkan buah, sedangkan pohon pepaya betina akan
menghasilkan buah yang membulat, daging buahnya tipis. Buah pepaya yang
dikehendaki dengan bentuk memanjang dihasilkan dari pohon pepaya sempurna.
B.
Pemilihan benih pepaya
Benih untuk
budidaya pepaya didapatkan dari biji terseleksi. Untuk mendapatkan sebanyak
mungkin pohon pepaya sempurna diperlukan ketelitian dan keterampilan dalam
memilih calon benih.
Benih yang
baik didapatkan dari buah pepaya yang dihasilkan pohon sempurna. Bentuk buah
memanjang, tidak cacat dan bebas dari penyakit. Buah tersebut sebisa mungkin
dibiarkan matang di pohon.
Biji pepaya
terdapat dalam rongga buah, ada yang berwarna hitam kelam ada yang pucat putih.
Biji berwarna putih merupakan biji yang mati tidak akan tumbuh. Biji yang hitam
dapat tumbuh menjadi pohon, namun hanya sekitar 25-50% yang menjadi pohon
sempurna tergantung sifat genetisnya. Sisanya menjadi pohon betina dan pohon
jantan.
Biji yang
tumbuh di ujung buah memiliki kemungkinan untuk tumbuh menjadi pohon pepaya
sempurna dibanding bagian pangkal. Untuk menyeleksi benih sebaiknya ambil biji
pada bagian ujung hingga tengah buah. Jangan mengambil biji dari pangkal buah.
C.
Penyemaian benih pepaya
Sebelum
disemaikan, benih yang masih kering perlu dikecambahkan terlebih dahulu. Hal
ini berguna untuk mempersingkat waktu budidaya pepaya. Pertama-tama rendam
benih dalam air hangat kuku selama satu malam. Kemudian pilih biji tenggelam
atau tidak mengapung dalam air.
Siapkan
kertas tisu sebagai pembungkus, basahi tisu tersebut dengan air. Tebarkan biji
yang telah direndam di atas tisu kemudian tutup atasnya dengan tisu dan siram
atau basahi. Masukkan bungkusan benih tersebut dalam besek (kotak anyaman
bambu) atau wadah lain yang serupa. Tempat atau wadah harus yang bisa tembus
air atau mengalirkan air.
Letakkan
wadah tersebut di sinar matahari, jangan terlalu terik, perkecambahan benih
membutuhkan suhu kira-kira 30 derajat celcius. Benih akan berkecambah setelah
7-10 hari, atau bisa lebih.
Setelah
benih berkecambah menjadi bibit, pindahkan kecambah-kecambah tersebut dalam
polybag semai, satu bibit satu polybag. Pilih polybag kecil dengan ukuran 9×10
cm. Sebelumnya, isi polybag tersebut dengan media persemaian terdiri dari
tanah, kompos, arang sekam yang telah diayak dengan perbandingan.
Setelah bibit dipindahkan basahi media untuk menjaga
kelembaban. Kemudian letakkan polybag-polybag tersebut dalam bilik persemaian
yang ternaungi. Naungan bisa dibuat dari plastik bening atau paranet. Fungsinya
untuk melindungi bibit dari kucuran hujan langsung, sengatan matahari dan
terpaan angin.
Bibit siap dipindahkan ke lahan tebuka setelah berumur
2-2,5 bulan sejak disemaikan. Kebutuhan benih pepaya untuk satu hektar sekitar
60 gram.
D. Pengolahan
tanah dan penanaman
Berikut ini
adalah pengolahan lahan untuk budidaya pepaya di lahan tegalan atau hamparan
non terasering. Pertama-tama, lahan dicangkul atau dibajak untuk menggemburkan
tanah. Kemudian buat bedengan dengan lebar 2 meter, panjangnya menyesuaikan
bentuk lahan dan tinggi 20-30 cm. Jarak antar bedengan selebar 50 cm. Jarak
tanam budidaya pepaya hendaknya disesuaikan dengan luas tanam. Berikut
ketentuannya:
- Budidaya pepaya <0,2 Ha jarak tanamnya 2×2 meter
- Budidaya pepaya 1-5 Ha jarak tanamnya 2×2,5 meter
- Budidaya pepaya >1 Ha jarak tanamnya 3×3 meter
Buatlah lubang tanam sesuai dengan
jarak tanam, ukuran lubang tanam 50x50x40 cm. Sebaiknya pembuatan lubang tanam
tidak di musim hujan. Ketika menggali lubang tanam, pisahkan tanah bagian atas
dengan tanah bagian bawah. Biarkan lubang tersebut terbuka selama 1-2 minggu.
Kemudian campurkan pupuk dasar
berupa kompos atau pupuk kandang yang telah matang dengan tanah
bagian atas. Dosis pupuk sebanyak 20 kg per lubang tanam. Kemudian masukkan
terlebih dahulu tanah bagian bawah kedalam lubang tanam, selanjutnya masukkan
tanah bagian atas. Biarkan kembali lubang tanam yang telah tertutup selama 1-2
minggu.
Sebagai
catatan, untuk tanah yang memiliki pH dibawah 5 netralkan dengan kapur atau
dolomit. Dosis pemberian kapur sebanyak 1-2 ton per hektar atau 1 kg per lubang
tanam. Pemberian dolomit setidaknya 2 minggu sebelum tanam.
Setelah lubang tanam siap, pindahkan
bibit dari polybag semai ke lubang tanam. Umur bibit yang siap dipindahkan
minimal 2-2,5 bulan setelah semai. Lakukan penyiraman pagi atau sore hari
setidaknya hingga tanaman berumur 1,5 bulan sejak dipindahkan.
Terdapat dua kebiasaan petani dalam
budidaya pepaya, yaitu menanam satu bibit dalam satu lubang tanam atau dua
bibit dalam satu lubang semai. Tujuan penanaman dua bibit untuk menghindari
tumbuhnya pepaya jantan dan pepaya betina serta memudahkan penyulaman.
Pada bulan ke-4, ketika pepaya berbunga pertama kali,
dilakukan seleksi untuk mencabut pepaya yang tidak dikehendaki. Pada akhirnya
hanya satu pepaya sempurna per lubang tanam yang dibiarkan tumbuh hingga
berbuah.
E. Perawatan
budidaya pepaya
Penyulaman tanaman dilakukan setelah
tanaman berumur 1,5 bulan sejak tanam. Tanaman yang tumbuhnya jelek atau
berpenyakit dicabut dan diganti bibit baru. Apabila menggunakan metode dua
bibit dalam satu lubang tanam, tinggal mencabut tanaman yang terlihat tidak
bagus.
Berikut ini tips-tips yang diberikan
Prof. Sobir dari Pusat Kajian Buah Tropika, Institut Pertanian Bogor, untuk
menyeleksi tanaman pepaya sempurna.
- Amati saat pohon berbunga untuk pertama kalinya. Bunga tumbuh pada ketiak daun. Bila bunga yang tumbuh tunggal, berarti bunga betina atau bunga sempurna. Bunga ini keluar saat umur 4 bulan. Bila berkelompok atau dalam rangkaian berarti jantan, pohon harus dicabut dan disulam dengan bibit lain.
- Petik bunga tersebut kemudian tekan ujungnya dengan ibu jari hingga terbuka, bila bunga yang keluar jantan pohon berarti ini adalah pohon sempurna yang akan dipertahankan. Bunga sempurna akan muncul 1-2 bulan kemudian.
- Bila setelah ditekan keluar bunga betina, berarti pohon ini pohon betina. Berarti harus dicabut.
- Kemudian sulam tanaman yang dicabut tersebut dengan bibit baru. Atau, bila kita menerapkan metode penanaman dua pohon dalam satu lubang tanam, pindahkan pohon sempurna dari lubang lain. Karena untuk satu lubang hanya bisa dibesarkan satu pohon sempurna saja.
Pemupukan susulan dimulai 2 minggu
setelah bibit dipindahkan. Pemupukan diberikan dengan cara menggali parit
melingkari tanaman pepaya. Kedalaman parit kurang lebih 5-10 cm, campuran pupuk
diletakkan pada parit tersebut. Berikut ketentuan pemupukan budidaya pepaya:
- Pemupukan pertama, umur 2 minggu, Urea 30 gr, SP-36 40 gr, ZA 40 gr dan KCl 20 gr per pohon
- Pemupukan kedua, umur 1 bulan, Urea 40 gr, SP-36 70 gr, ZA 70 gr dan KCl 30 gr per pohon
- Pemupukan ketiga, umur 4 bulan, Urea 45 gr, SP-36 80 gr, ZA 80 gr dan KCl 60 gr per pohon
- Pemupukan keempat, umur 6 bulan, Urea 50 gr, SP-36 90 gr, ZA 90 gr dan KCl 70 gr per pohon
- Pemupukan selanjutnya setiap satu bulan, Urea 60 gr, SP-36 100 gr, ZA 100 gr dan KCl 75 gr per pohon.
F.
Pemanenan
Budidaya
pepaya biasanya dapat dipanen setelah berumur 9-14 bulan. Frekuensi panen bisa
dilakukan setiap 10 hari sekali. Produktivitas budidaya pepaya berkisar 20-35
ton per hektar. Produktivitas ini tergantung dari kondisi iklim, varietas dan
teknik budidaya.
Buah pepaya
yang dipetik harus mendekati stadium matang pohon. Cirinya terdapat garis-garis
menguning pada kulit buahnya. Bila hasil panen akan dipasarkan ke tempat yang
jauh, bisa dipetik lebih dini.
BAB III
HASIL KEGIATAN PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN
3.1. Identitas Petani
Tabel 1. Identitas
Petani Pepaya di Kelurahan Palas
Nama Identitas
|
Keterangan
|
Jumlah Petani
|
Persentase
|
Umur
|
37 – 46
|
3
|
60%
|
47 – 55
|
2
|
40%
|
|
Pendidikan
|
Tidak sekolah – SD
|
1
|
20%
|
SMP – SMA
|
4
|
80%
|
|
Suku
|
Jawa
|
3
|
60%
|
Lain-lain
|
2
|
40%
|
|
Luas Lahan
|
1/2 ha – 1 ha
|
4
|
80%
|
11/2 ha – 2 ha
|
1
|
20%
|
|
Status Lahan
|
Magersari
|
4
|
100%
|
Sewa
|
0
|
0%
|
Berdasarkan data di lapangan, menunjukkan
bahwa 100% petani melakukan usahataninya dengan memanfaatkan lahan tidur atau
dikenal dengan sebutan magersari. Rata-rata petani ialah suku Jawa 60% dan 40%
lagi diantaranya suku Minang dan Batak. Pendidikan petani sudah bagus, karena
petani di Palas ini rata-rata sudah memiliki tamatan SMP sampai SMA sebanyak
80%. Rata-rata petani memiliki luas lahan 1/2 ha – 1 ha
sebanyak 80%, dan 20% dari 11/2 ha – 2 ha.
Petani di Palas ini melakukan usahatani komoditi
tanaman tipe pepaya (Carica Papaya)
dengan pola usahatani lahan kering. Struktur usahatani rata-rata khusus tetapi
ada satu petani yang struktur usahataninya campuran. Para petani di Palas ini,
melakukan usahataninya untuk kebutuhan pasar, dan hasil penjualan akan
digunakan untuk kebutuhan keluarga sehari-hari. Maka corak usahatani ini
disebut dengan usahatani komersial. Bentuk usahatani pepaya ini milik
perorangan.
3.2. Analisis Usahatani
3.2.1. Biaya Tetap
Semua biaya yang digunakan untuk usahatani pepaya
yang tidak mengalami perubahan selama proses produksi ataupun penurunan volume
produksi. Untuk lebih jelasnya penggunaan biaya tetap untuk usahatani pepaya di
Kelurahan Palas dapat dilihat pada Tabel 2.
Untuk mengetahui nilai penyusutan peralatan usaha
digunkan metode garis lurus yaitu :
D = P – S
N
Keterangan:
D =
Biaya penyusutan alat (Rp/Tahun)
P =
Harga beli alat (Rp/Unit)
S =
Nilai sisa (Rp/Unit)
N =
Umur ekonomis (Tahun)
Tabel 2.
Distribusi Rata-rata Penggunaan alat, Harga, dan Biaya Penyusutan Oleh Petani
di Kelurahan Palas.
No
|
Jenis
alat
|
Harga
|
Biaya
Penyusutan
|
Persentase
|
1
|
Cangkul
|
Rp 55,600.00
|
Rp 48,900.00
|
19.26106822
|
2
|
Parang
|
Rp 48,200.00
|
Rp 42,080.00
|
16.57475973
|
3
|
Gerobak
|
Rp 368,000.00
|
Rp 74,520.00
|
29.35244998
|
4
|
Sprayer
|
Rp 251,000.00
|
Rp 76,380.00
|
30.08507957
|
5
|
Mesin
air
|
Rp 100,000.00
|
Rp 12,000.00
|
4.726642508
|
Jumlah
|
Rp 822,800.00
|
Rp 253,880.00
|
100
|
Semua
alat-alat pertanian habis dalam waktu yang berbeda, tergantung pemakaian serta
perawatan dari petani sendiri. Dan jika ada tersisa maka dapat dijual kembali
untuk menghasilkan uang, namun dihargai sangat murah oleh pembeli. Untuk lebih
jelas biaya masing-masing perpetani dapat dilihat dilampiran 1.
3.2.2. Biaya Tidak Tetap
Biaya tidak tetap adalah biaya yang tidak habis
dalam satu kali proses produksi. Adapun biaya tidak tetap meliputi sebagai
berikut:
3.2.2.1. Biaya Tenaga Kerja
Ketersediaan tenaga kerja yang cukup dalam
kegiatan usahatani sangat diperluka sebab tanpa adanya tenaga kerja yang cukup
maka dapat menghambat proses produksi.
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, petani
pepaya di Kelurahan Palas menggunakan tenaga kerja dari dalam keluarga dan
sebagian dari luar keluarga. Adapun tingkat upah yang ada didaerah Palas yaitu
sebesar Rp. 75.000,00. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.
Rumus mencari HKP :
HKP = Jlh jam/hari × jlh org × jlh hari kerja
8
Tabel 3. Distribusi
Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Oleh Petani Pepaya di Kelurahan Palas
No
|
Jenis
Kegiatan
|
Tenaga
Kerja (HKP)
|
Total
HKP
|
Persentase
|
|
TKDK
|
TKLK
|
||||
1
|
Pengolahan
Lahan
|
2.3
|
0
|
2.3
|
1.3986014
|
2
|
Penanaman
|
0.925
|
0.125
|
1.05
|
0.63849194
|
3
|
Pemupukan
|
6.05
|
3.25
|
9.3
|
5.65521435
|
4
|
Perawatan
|
31.2
|
22.2
|
53.4
|
32.471876
|
5
|
Panen
|
69.6
|
28.8
|
98.4
|
59.8358164
|
Jumlah
|
110.075
|
54.375
|
164.45
|
100
|
Berdasarkan
Tabel 3 menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja dalam keluarga lebih banyak
dibanding penggunaan tenaga kerja dari luar keluarga. Tenaga kerja merupakan
faktor penting dalam kegiatan usahatani serta memiliki peranan yang utama yaitu
dalam meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada lampiran 4.
3.2.2.2. Biaya Pupuk
Pupuk adalah sarana produksi yang sangat penting
dalam melaksanakan usahatani. Petani pepaya di Kelurahan Palas menggunakan
pupuk organik dan juga pupuk non organik. Untuk lebih jelas dapat dilihat di
Tabel 4.
Tabel 4. Distribusi
Rata-rata Jumlah Pemakaian Pupuk dan Biaya Pada Petani Pepaya di Kelurahan
Palas Pertahun.
No
|
Jenis
Pupuk
|
Pemakaian
|
Biaya
|
persentase
|
1
|
Pupuk
Kandang
|
3513.6
|
Rp
39,103,200.00
|
86.7375594
|
2
|
Urea
|
6.8
|
Rp
1,729,000.00
|
3.85739826
|
3
|
Npk
|
7.8
|
Rp
3,440,000.00
|
7.63050605
|
4
|
ZA
|
4
|
Rp
800,000.00
|
1.77453629
|
Jumlah
|
3532.2
|
Rp
45,082,200.00
|
100
|
Rata-rata
penggunaan pupuk pada petani pepaya di Kelurahan Palas dalam satu tahun yaitu 3532,2
dengan biaya sebesar Rp. 45.082.200,00. Untuk lebih jelas biaya penggunaan
pupuk usahatani pepaya dapat dilihat pada lampiran 2.
3.2.2.3. Pengendalian Hama dan Penyakit
Untuk menghindari tanaman dari gangguan hama
serta penyakit yang merugikan tanaman khususnya pepaya, maka dilakukan
pengendalian dengan menggunakan pestisida. Adapun pestisida yang digunakan
adalah Decis, Regent, serta Alica. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel
5.
Tabel 5. Distribusi
Rata-rata Jumlah Pemakaian dan Biaya Pada Petani Pepaya Kelurahan Palas
No
|
Jenis
Pestisida
|
Pemakaian
|
Biaya
|
Persentase
|
1
|
Decis
|
7.2
|
Rp
720,000.00
|
56.81818182
|
2
|
Regent
|
2.4
|
Rp
67,200.00
|
5.303030303
|
3
|
Alica
|
2.4
|
Rp
480,000.00
|
37.87878788
|
Jumlah
|
12
|
Rp
1,267,200.00
|
100
|
Dapat dilihat pada Tabel 5 bahwa penggunaan
pestisida dalam satu tahun yaitu sebanyak 12 dengan biaya sebesar Rp.
1.267.200,00. Untuk lebih jelas biaya penggunaan pestisida masing-masing petani
dapat dilihat pada lampiran 3.
3.2.2.4. Bibit
Bibit merupakan faktor terpenting dalam usahatani. Pada petani pepaya di
Kelurahan Palas Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru, ada sebagian usahatani yang
masih berumur 1 tahun, maka dalam penggunaan biaya tidak tetap terdapat biaya
penggunaan bibit. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Distribusi Penggunaan Bibit Pada Petani Pepaya di
Kelurahan Palas Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru
No
|
Jumlah
|
Harga
|
Nilai
|
1
|
1000
|
Rp 2,000.00
|
Rp
2,000,000.00
|
2
|
0
|
Rp -
|
Rp -
|
3
|
0
|
Rp -
|
Rp -
|
4
|
0
|
Rp -
|
Rp -
|
5
|
2000
|
Rp 2,000.00
|
Rp
4,000,000.00
|
Jumlah
|
3000
|
Rp 4,000.00
|
Rp
6,000,000.00
|
Rata-rata
|
600
|
Rp 800.00
|
Rp
1,200,000.00
|
Pada petani 1 dan 5 umur pepaya masih satu tahun,
maka masih mengeluarkan biaya berupa biaya penggunaan bibit. Sedangkan pada
petani 2, 3 dan 4 umur tanaman pepaya sudah tahun ke 2. Rata-rata penggunaan
bibit pada petani pepaya di Kelurahan Palas Kecamatan Rumbai yaitu Rp.
1.200.000,00. Sedangkan jumlah rata-rata penggunaan bibit pada petani pepaya
yaitu sebanyak 600 bibit pepaya.
3.3. Pendapatan
Produksi yang diperoleh pada penelitian ini melalui proses produksi satu
tahun, dan dalam penelitian ini produksi pepaya yang dipasarkan dalam bentuk
buah segar tanpa adanya produk olahan.
pada penelitian ini pendapatan yang dihitung adalah pendapatan kotor,
pendapatan bersih, dan RCR pada usahatani pepaya di Kelurahan Palas. Pada
pendapatan kotor diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah produksi yang
diperoleh dikalikan dengan harga yang berlaku pada saat penelitian. Untuk
mengetahui lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Distribusi Rata-rata Produksi, Biaya dan
Pendapatan Petani Pepaya di Kelurahan Palas ( Rp/ Umur tanaman usahatani)
No
|
Jenis
Biaya Yang digunakan
|
Rata-rata
Biaya
|
1
|
Produksi
|
99264
|
2
|
Pupuk
|
|
Pupuk
Kandang
|
Rp 39,103,200.00
|
|
Urea
|
Rp 1,727,000.00
|
|
NPK
|
Rp 3,440,000.00
|
|
Za
|
Rp 800,000.00
|
|
Jumlah Biaya Pupuk
|
Rp 45,070,200.00
|
|
3
|
Pestisida
|
|
Decis
|
Rp 720,000.00
|
|
Regent
|
Rp 67,200.00
|
|
Alica
|
Rp 480,000.00
|
|
Jumlah Biaya Pestisida
|
Rp 1,267,200.00
|
|
4
|
Bibit
|
Rp 1,200,000.00
|
5
|
Tenaga
Kerja
|
Rp 12,333,750.00
|
6
|
Penyusutan
|
Rp 253,880.00
|
7
|
Jumlah
Biaya Produksi
|
Rp 60,125,030.00
|
8
|
Pendapatan
Kotor
|
Rp
198,528,000.00
|
9
|
Pendapatan
Bersih
|
Rp
138,402,970.00
|
10
|
RCR
|
3.30191935
|
Dapat dilihat dari Tabel 7 bahwa pendapatan kotor didapat dari hasil
perkalian jumlah produksi dengan harga rata-rata pepaya yaitu Rp.2000,00 jadi
pendapatan kotor rata-rata petani diperoleh sebesar Rp. 198.528.000,00.
Sedangkan pendapatan bersih rata-rata petani diperoleh sebesar Rp.
138.402.970,00. Pendapatan bersih diperoleh dari selisih antara pendapatan
kotor dengan total biaya yang dikeluarkan oleh petani pepaya. Sedangkan RCR
dari usahatani pepaya di Kelurahan Palas Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru yaitu
rata-ratanya sebesar 3,30. Dengan demikian usahatani pepaya layak untuk
diteruskan karena lebih besar dari satu (1).
Untuk mengetahui kelayakan usahatani pada tanaman pepaya di Kelurahan
Palas Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru masing-masing petani dapat dilihat pada
lampiran 7.
BAB IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
2.1. Kesimpulan
Dari
data yang diperoleh dari usahatani pepaya di Kelurahan Palas Kecamatan Rumbai
Kota Pekanbaru penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
o Rata-rata produksi untuk buah segar pepaya yang
diperoleh oleh petani pepaya adalah 99260 Kg per Usahatani/Tahun, pendapatan
kotor yang diterima oleh petani pepaya dengan rata-rata Rp. 198.528.000,00.
Sedangkan rata-rata pendapatan bersih yang diterima petani pepaya adalah sebesar
Rp. 138.403.0700,00.
o Rata-rata RCR yang diterima oleh petani pepaya
yaitu 3,30.
2.2.
Saran
Sebaiknya
para petani di desa Palas menggunakan catatan usahataninya. Agar dapat
mengetahui berapa keuntungan dan berapa upah petani dalam usahataninya
tersebut. Sering kali petani beranggapan keuntungan yang di peroleh besar,
namun mereka tidak menghiting upah petani dalam keluarga terutama upah untuk
dirinya sendiri. Usahatani pepaya ini juga sebaiknya diteruskan.
Selain
itu, akan lebih baik jika para petani bersifat terbuka yaitu mau menerima suatu
perubahan misalnya seperti perubahan teknologi, ataupun cara-cara bertani.
Namun petani di desa Palas ini rata-rata tidak mau menghadiri acara penyuluhan
yang dilakukan oleh penyuluh lapangan. Sehingga mereka sedikit memiliki
pengetahuan-pengetahuan baru.
Lampiran 1. Distribusi Penyusutan Alat-alat Pertanian Pada
Petani Pepaya di Kelurahan Palas Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru
no. petani
|
penyusutan alat
|
||||||
cangkul
|
parang
|
Gerobak
|
sprayer
|
mesin
air
|
total
penyusutan
|
rata-rata
|
|
1
|
Rp
50,000.00
|
Rp 42,000.00
|
Rp 65,000.00
|
Rp 95,200.00
|
Rp
-
|
Rp 252,200.00
|
Rp 50,440.00
|
2
|
Rp 50,500.00
|
Rp 43,000.00
|
Rp 65,000.00
|
Rp 47,700.00
|
Rp -
|
Rp 206,200.00
|
Rp 41,240.00
|
3
|
Rp 37,500.00
|
Rp 25,000.00
|
Rp 60,000.00
|
Rp 94,000.00
|
Rp 60,000.00
|
Rp 276,500.00
|
Rp 55,300.00
|
4
|
Rp 58,500.00
|
Rp 45,400.00
|
Rp115,600.00
|
Rp 96,000.00
|
Rp -
|
Rp 315,500.00
|
Rp 63,100.00
|
5
|
Rp 48,000.00
|
Rp 55,000.00
|
Rp 67,000.00
|
Rp 49,000.00
|
Rp
-
|
Rp 219,000.00
|
Rp
43,800.00
|
Jumlah
|
Rp 244,500.00
|
Rp 210,400.00
|
Rp372,600.00
|
Rp381,900.00
|
Rp 60,000.00
|
Rp 1,269,400.00
|
Rp 253,880.00
|
rata-rata
|
Rp 48,900.00
|
Rp 42,080.00
|
Rp 74,520.00
|
Rp 76,380.00
|
Rp 12,000.00
|
Rp 253,880.00
|
Rp 50,776.00
|
Lampiran 2. Distribusi
Penggunaan Pupuk Berdasarkan Jumlah Pemakaian Pertahun, Jenis Pupuk, dan Biaya
pada Petani Pepaya
No
|
Pupuk Kandang
|
Urea
|
NPK
|
ZA
|
Total Biaya Pupuk
|
||||
Jumlah
(krg)
|
Biaya
|
Jumlah
(krg)
|
Biaya
|
Jumlah
(krg)
|
Biaya
|
Jumlah
(krg)
|
Biaya
|
||
1
|
2500
|
Rp 27,500,000.00
|
5
|
Rp 1,325,000.00
|
5
|
Rp 2,000,000.00
|
0
|
Rp
-
|
Rp 30,825,000.00
|
2
|
1668
|
Rp 20,016,000.00
|
4
|
Rp 1,060,000.00
|
4
|
Rp 1,920,000.00
|
0
|
Rp
-
|
Rp 22,996,000.00
|
3
|
2000
|
Rp 24,000,000.00
|
4
|
Rp 1,060,000.00
|
4
|
Rp 1,600,000.00
|
4
|
Rp 800,000.00
|
Rp 27,460,000.00
|
4
|
6400
|
Rp 64,000,000.00
|
16
|
Rp 4,000,000.00
|
16
|
Rp 7,680,000.00
|
16
|
Rp 3,200,000.00
|
Rp 78,880,000.00
|
5
|
5000
|
Rp 60,000,000.00
|
5
|
Rp 1,250,000.00
|
10
|
Rp 4,000,000.00
|
0
|
Rp
-
|
Rp 65,250,000.00
|
Jumlah
|
17568
|
Rp 195,516,000.00
|
34
|
Rp 20,595,000.00
|
39
|
Rp 17,200,000.00
|
20
|
Rp 4,000,000.00
|
Rp 225,311,000.00
|
Rata-rata
|
3513.6
|
Rp
39,103,200.00
|
6.8
|
Rp 4,119,000.00
|
7.8
|
Rp 3,440,000.00
|
4
|
Rp
800,000.00
|
Rp 45,070,200.00
|
Lampiran 3. Distribusi Penggunaan Pestisida Pertahun
Berdasarkan Jenis, Jumlah Pemakaian, dan Biaya Petani Pepaya
No
|
Decis
|
Regent
|
Alica
|
Total Biaya Pestisida
|
|||
Jumlah
|
Biaya
|
Jumlah
|
Biaya
|
Jumlah
|
Biaya
|
||
1
|
12
|
Rp
1,200,000.00
|
0
|
Rp -
|
0
|
Rp -
|
Rp
1,200,000.00
|
2
|
0
|
Rp -
|
12
|
Rp
336,000.00
|
0
|
Rp -
|
Rp
336,000.00
|
3
|
12
|
Rp
1,200,000.00
|
0
|
Rp -
|
12
|
Rp
2,400,000.00
|
Rp
3,600,000.00
|
4
|
0
|
Rp -
|
0
|
Rp -
|
0
|
Rp -
|
Rp -
|
5
|
12
|
Rp
1,200,000.00
|
0
|
Rp -
|
0
|
Rp -
|
Rp
1,200,000.00
|
Jumlah
|
36
|
Rp
3,600,000.00
|
12
|
Rp
336,000.00
|
12
|
Rp
2,400,000.00
|
Rp 6,336,000.00
|
Rata-rata
|
7.2
|
Rp
720,000.00
|
2.4
|
Rp
67,200.00
|
2.4
|
Rp
480,000.00
|
Rp
1,267,200.00
|
Lampiran 4. Distribusi
Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) dan Luar Keluarga (TKLK) pada
Petani Pepaya
No .Petani
|
Tenaga Kerja
|
Jumlah HKP
|
Jumlah Upah
|
|||
TKDK
|
Upah
|
TKLK
|
Upah
|
|||
1
|
133.125
|
Rp
9,984,375.00
|
0.625
|
Rp 46,875.00
|
133.75
|
Rp
10,031,250.00
|
2
|
69.25
|
Rp
5,193,750.00
|
69.25
|
Rp
5,193,750.00
|
138.5
|
Rp
10,387,500.00
|
3
|
124
|
Rp
9,300,000.00
|
0
|
Rp -
|
124
|
Rp
9,300,000.00
|
4
|
151.5
|
Rp
11,362,500.00
|
202
|
Rp
15,150,000.00
|
353.5
|
Rp
26,512,500.00
|
5
|
72.5
|
Rp
5,437,500.00
|
0
|
Rp -
|
72.5
|
Rp
5,437,500.00
|
Jumlah
|
550.375
|
Rp
41,278,125.00
|
271.875
|
Rp
20,390,625.00
|
822.25
|
Rp
61,668,750.00
|
Rata-rata
|
110.075
|
Rp
8,255,625.00
|
54.375
|
Rp
4,078,125.00
|
164.45
|
Rp
12,333,750.00
|
Lampiran 5. Distribusi Biaya Produksi Usahatani Pepaya di
Kelurahan Palas Kecamatan Rumbai.
No
|
Pupuk
|
Pestisida
|
Penyusutan
Alat Pertanian
|
Tenaga
Kerja
|
Bibit
|
Jumlah
|
1
|
Rp 30,825,000.00
|
Rp 1,200,000.00
|
Rp 252,200.00
|
Rp 10,031,250.00
|
Rp 2,000,000.00
|
Rp 44,308,450.00
|
2
|
Rp 22,936,000.00
|
Rp 336,000.00
|
Rp 206,200.00
|
Rp 10,387,500.00
|
Rp -
|
Rp
33,865,700.00
|
3
|
Rp 27,460,000.00
|
Rp 3,600,000.00
|
Rp 276,500.00
|
Rp 9,300,000.00
|
Rp
-
|
Rp 40,636,500.00
|
4
|
Rp 78,880,000.00
|
Rp
-
|
Rp 315,500.00
|
Rp 26,512,500.00
|
Rp
-
|
Rp
105,708,000.00
|
5
|
Rp 65,250,000.00
|
Rp 1,200,000.00
|
Rp 219,000.00
|
Rp 5,437,500.00
|
Rp
4,000,000.00
|
Rp
76,106,500.00
|
Jumlah
|
Rp 225,351,000.00
|
Rp 6,336,000.00
|
Rp 1,269,400.00
|
Rp 61,668,750.00
|
Rp
6,000,000.00
|
Rp 300,625,150.00
|
Rata-rata
|
Rp 45,070,200.00
|
Rp 1,267,200.00
|
Rp 253,880.00
|
Rp 12,333,750.00
|
Rp
1,200,000.00
|
Rp 60,125,030.00
|
Lampiran 6. Distribusi
Produksi dan Pendapatan Petani Pepaya Kelurahan Palas Kecamatan Rumbai Kota
Pekanbaru
no
petani
|
Luas
Lahan(Ha)
|
Produksi(Kg)
|
produksi/thn
|
harga
(Rp)
|
pendapatan
kotor
|
1
|
0.5
|
320
|
30720
|
Rp 2,000.00
|
Rp
61,440,000.00
|
2
|
0.5
|
400
|
38400
|
Rp 2,000.00
|
Rp
76,800,000.00
|
3
|
0.5
|
1000
|
96000
|
Rp 2,000.00
|
Rp
192,000,000.00
|
4
|
2
|
2500
|
240000
|
Rp 2,000.00
|
Rp
480,000,000.00
|
5
|
1
|
450
|
43200
|
Rp 2,000.00
|
Rp
86,400,000.00
|
jumlah
|
4.5
|
4670
|
448320
|
Rp 10,000.00
|
Rp
896,640,000.00
|
rata-rata
|
0.9
|
934
|
89664
|
Rp 2,000.00
|
Rp
179,328,000.00
|
Lampiran
7. Distribusi Luas Lahan, Produksi
(Kg), Biaya Produksi, dan Kelayakan Usahatani Pepaya di Kelurahan Palas.
No. Petani
|
Luas Lahan (Ha)
|
Produksi (Kg)
|
Harga (Rp)
|
Pendapatan Kotor
|
Biaya Produksi
|
Pendapatan Bersih
|
RCR
|
1
|
0.5
|
30720
|
Rp 2,000.00
|
Rp 61,440,000.00
|
Rp
44,308,450.00
|
Rp 17,131,550.00
|
1.386642954
|
2
|
0.5
|
38400
|
Rp 2,000.00
|
Rp 76,800,000.00
|
Rp
33,865,700.00
|
Rp 42,934,300.00
|
2.267781265
|
3
|
0.5
|
96000
|
Rp 2,000.00
|
Rp 192,000,000.00
|
Rp
40,636,500.00
|
Rp 151,363,500.00
|
4.72481636
|
4
|
2
|
288000
|
Rp 2,000.00
|
Rp 576,000,000.00
|
Rp
105,708,000.00
|
Rp 470,292,000.00
|
5.448972642
|
5
|
1
|
43200
|
Rp 2,000.00
|
Rp 86,400,000.00
|
Rp
76,106,500.00
|
Rp
10,293,500.00
|
1.13525126
|
Jumlah
|
4.5
|
496320
|
Rp 10,000.00
|
Rp 992,640,000.00
|
Rp
300,625,150.00
|
Rp692,014,850.00
|
|
Rata-rata
|
0.9
|
99264
|
Rp 2,000.00
|
Rp 198,528,000.00
|
Rp
60,125,030.00
|
Rp138,402,970.00
|
3.30191935
|
DOKUMENTASI
KEGIATAN PRAKTIKUM USAHATANI PEPAYA
DI
KELURAHAN PALAS KECAMATAN RUMBAI KOTA PEKANBARU
Petani 1. Bapak Ujang Ituk tanaman tahun ke-1
Petani 2. Ibu Yusni tanaman tahun ke-3
Petani 3. Bapak Widodo tanaman tahun ke-3
Petani 4. Bapak Erwin Saleh tanaman tahun ke-4
Petani 5. Bapak Misrianto tanaman tahun ke-1
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar