Selasa, 27 Desember 2016

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH TADAH HUJAN DI DESA PULAU BAYUR KECAMATAN CERENTI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI



BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Padi adalah tanaman yang paling penting di negeri kita Indonesia ini. Betapa tidak karena makanan pokok di Indonesia adalah nasi dari beras yang tentunya dihasilkan oleh tanaman padi. Ketersediaan beras selalu menjadi prioritas pemerintah karena menyangkut sumber pangan bagi semua lapisan masyarakat.
Pembangunan pertanian pada dasarnya suatu proses untuk meningkatkan produksi yang sekaligus dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani yang menggunakan teknologi yang lebih maju serta peralatan dan permodalan yang lebih baik. pembangnan pertanian di era globalisasi diharapkan pada tuntutan peningkatan produktivitas, mutu dan efisien agar bisa bersaing dipasar internasional. Peningkatan produksi usahatani khususnya padi, dapat dilakukan dengan pengembangan teknologi baru. Namun, pada umumnya usaha pertanian masih dilakukan secara tradisional, dikerjakan pada lahan-lahan yang sempit dan pemanfaatan lahannya tidak optimal, sehingga hasilnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya itu sendiri, bahkan kadang-kadang tidak mencukupi (Ekstensi, 2003).
Pembangunan sektor pertanian menjadi bagian integral pembangunan nasional yang telah mendapatkan tempat dan peranan strategis. Sasaran pembangunan sektor pertanian adalah meningkatkan hassil pertanian untuk mendukung industri yang kuat. Usaha-usaha itu tidak akan tercapai, apabila petani sebagai pelaku utama tidak dibantu dengan sarana produksi.
Kebijakan pembangunan pertanian dalam menghadapi tantangan yang berkaitan dengan akan terjadinya liberalisasi perdagangan dunia dan perubahan struktur perekonomian nasional lebih diarahkan kepada terciptanya pertanian yang bermuara industri dan pertanian yang berorientasi pasar dengan berbasis kepada ekonomi kerakyatan dalam arti memberdayakan ekonomi masyarakat petani dengan memperhatikan aspek sumberdaya potensial.
Sawah tadah hujan yaitu sawah yang hanya mendapatkan air dari air hujan. Sawah tadah hujan biasanya diusahakan untuk tanaman padi hanya pada musim hujan. (Pasandaraan, 1991). Permasalahan yang terjadi pada lahan sawah tadah hujan yaitu curah hujan yang tidak menentu pada awal tanam menyebabkan keterlambatan tanam pada musim tanam pertama (MT 1) karena debit air yang tidak cukup untuk penanaman padi. (Kementrian pertanian, 2014).
Kabupaten Kuantan Singingi mempunyai potensi yang sangat besar dalam pertanian pada umumnya tanaman pangan khususnya yang dapat di kembangkan. Daya dukung dan luas lahan yang lebih dari setengah jumlah penduduk bekerja pada sektor pertanian dengan keterampilan dasar yang dimiliki, pasar yang tersedia dengan infrastruktuk yang sedang digalakkan, merupakan modal dasar untuk pengembangan agribisnis.
Kecamatan Cerenti merupakan salah satu kecamatan, dari dua belas (12) kecamatan yang berada di Kabupaten Kuantan Singingi yan mempunyai jumlah penduduk 17.471 jiwa dengan luas wilayah 456 km2 dan terdiri dari dua belas (12) Desa, dengan mata pencaharian penduduknya sebagian besar sebagai petani. Perubahan paradigma pembangunan Nasional, mereposisi peranan pemerintah dari pelaksanaan menjadi akseletator, regulator dan fasilitator dimana pelaksanaan ketiga peranan tersebut sejalan dengan dilaksanakannya otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah. (UPTD Tanaman Pangan, 2014).
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 Desa Pulau Bayur merupakan desa eks-transmigrasi dan salah satu desa dari 12 desa yang ada di Kecamatan Cerenti, dengan jumlah penduduk sebanyak 354 KK atau 1.672 jiwa. (pnpm Desa Pulau Bayur,2010). Penduduk Desa Pulau Bayur yaitu berjumlah penduduk 1.940 jiwa yang terdiri dari 1010 jiwa laki-laki dan 930 jiwa perempuan dengan kepala keluarga 245 KK, dengan 230 KK diantaranya merupakan KK tani. Jumlah pemilik lahan tidak menggarap sebanyak 18 KK, pemilik lahan penggarap sebanyak 205 KK, penggarap lahan 7 KK, dan buruh tani 6 KK, pedagang 20 KK. (UPTD Tanaman Pangan ).
1.2       Permasalahan
            Usahatani padi sawah tadah hujan yang ada di Desa Pulau Bayur Kecamatan Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi ini masih bersifat kebutuhan sendiri (Sub sistem), dan pada umumnya tenaga kerja berasal dari dalam keluarga. Dari segi ekonomis para petani kurang memperhitungkan, apakah usahatani yang dilakukan benar-benar memberikan keuntungan atau tidak karena minimnya modal, luar lahan yang sedikit serta pendapatan yang kurang maksimal.
            Dengan permasalahan-permasalahan yang timbul diatas maka penulis tertarik untuk mempelajari serta menganalisis biaya produksi dan pendapatan usahatani guna untuk membantu petani agar bisa tahu dan jelas apakah usahatani yang dilakukan selama ini memberikan keuntungan yang maksimal atau tidak.
1.3       Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1.        Untuk menganalisis produksi dan pendapatan usahatani padi sawah tadah hujan di Desa Pulau Bayr Kecamatan Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi.
2.        Untuk mengetahui tingkat kelayakan usahatani padi sawah tadah hujan di Desa Pulau Bayur Kecamatan Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi.
3.        Untuk menghitung nilai BEP (break even point) padi sawah tadah hujan di Desa Pulau Bayur Kecamatan Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi.
1.4       Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1.        Sebagai sumbangan pemikiran dan informasi bagi petani maupun pemerintah daerah untuk menetapkan kebijakan dalam kegiatan pengembangan usahatani padi sawah tadah hujan di Desa Pulau Bayur Kecamatan Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi.
2.        Untuk menambah wawasan bagi peneliti khususnya dan pembaca umumnya dalam menentukan langkah-langkah dan kebijakan yang berkaitan dengan usahatani padi sawah.
3.        Bagi pihak lain hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan pada masalah yang sama
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Padi termasuk famili : rumput-rumputan. Tanaman pertanian kuno ini berasal dari dua benua, yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinafur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. (Purwono dan Heni,2013).
Terdapat 25 spesies Oryza. Jenis yang dikenal adalah O. Sativa dengan dua subspesies. Pertama, yaponica (padi bulu) yang ditanam di daerah subtropis. Kedua, indica (padi pare) yang ditanam di Indonesia. Adaptasi yapoica yang berkembang dibeberapa daerah di Indonesia disebut subspesies javanica. (Purwono dan Heni, 2013)
Tanaman padi sebenarnya mempunyai potensi besar untuk memberi produksi dalam jumlah dan kualitas yang tinggi. Namun, hal ini baru dapat dicapaibila kondisi pendukung pertumbuhannya bisa terpenuhi sacara optimal melalui proses pengolahan yang memadai unsur biomassa, tanah, tanaman, air dan agroekosistemnya.(Mubiar dan Alik, 2012).
Usahatani (farm) adalah organisasi dari alam (lahan), tenaga kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi dilapangan pertanian. Organisasi tersebut ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang sebagai pengelolanya. (Muhammad Fidaus, 2010). Usahatani padi dinilai belum efisien. Selain pupuk, air juga dimanfaatkan dalam jumlah yang berlebihan. Hal ini tidak menguntungkan karena air merupakan sumber daya alam yang jumlahnya terbatas. (Setujo Pitojo, 1997). Tujuan seorang petani dalam berusahatani pada umumnya memaksimumkan keuntungan (profit) atau memaksimumkan total penerimaan usahatani dalam jangka waktu yang tepat dan singkat. ( Soekartawi, 2000).
Permasalahan yang terjadi pada lahan sawah tadah hujan yaitu curah hujan yang tidak menentu pada awal tanam menyebabkan keterlambatan tanam pada musim tanam pertama (MT 1) karena debit air yang tidak cukup untuk penanaman padi. (Kementrian Pertanian, 2014). Kajian mengenai dampak variabilitas curah hujan terhadap produktivitas padi sawah tadah hujan penting dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara keduanya, sehingga pada akhirnya dapat ditentukan pola adaptasi yang sesuai guna mencapai produktivitas padi yang maksimal. (Yuliyanto, 2014). Kandungan air tiap-tiap jenis tanaman berbeda-beda, berkisar dari 90% untuk tanaman muda sampai kurang dari 10% untuk padi-padian yang menua. (Aak, 2005).
Sistem agribisnis padi sangat strategis dalam pemantapan ketahanan pangan, baik dalam penyediaan maupun distribusi dan akses beras guna menjamin kecukupan pangan penduduk. Pertumbuhan produksi tanaman pangan, khususnya beras, pada kurun waktu tersebut didukung oleh penemuan dan pengembangan varietas unggul baru padi mempunyai potensi hasil tinggi dan tangkap terhadap penggunaan pupuk kimiawi. ( BPPP Kementrian Pertaninan RI, 2010).
Kebijaksanaan infrastruktur adalah kebijaksanaan yang menyangkut kegiatan pembangunan sarana transportasi dari pusat-pusat informasi ke daerah penerima informasi. Pembangunan infrastruktur pertanian menjadi syarat penting guna mendukung pertanian yang maju. (Khomsan, 2008).
Produksi padi sawah tadah hujan yang dihasilkan oleh petani sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi, tingkat teknologi, dan efisiensi dari usahatani tersebut. (Andika, 2011). Faktor produksi memang sangat mempengaruhi besar kecilnya produksi yang diperoleh. Dalam berbagai pengalaman menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting diantara produksi yang lain. (Soekartawi, 2001).
Biasanya usahatani pertanian skala kecil akan menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dan tidak perlu tenaga kerja ahli (skilled). Sebaliknya pada usaha pertanian skala besar, lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga dengan cara sewa dan sering diperlukannya tenaga kerja yang ahli, misalnya tenaga kerja yang mampu mengerjakan traktor, dan sebagainya. (Soekartawi, 1997).
Dalam manajemen agribisnis modal diartikan sebagai keseluruhan aktiva sehingga mencakup ekuitas dan utang bisnis. (Muhammad Firdaus, 2010). Jika tanah pertanian dikerjakan pada waktu yang tepat mungkin dengan biaya sama akan dapat memperoleh hasil yang lebih baik, atau dengan biaya yang  lebih murah dapat mencapai  yang  sama baiknya. (Aak, 2003). Penyebab lainnya yang membuat rapuhnya ketahanan pangan di Indonesia adalah keterbatasan dana. Sektor pertanian merupakan paling sedikit mendapat kredit dari perbankan. (Tulus Tambunan, 2010). Modal dalam usahatani dapat diklarifikasi sebagai bentuk kekayaan, baik berupa uang maupun barang yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu proses produksi. (Soekartawi, 1997).
Tanaman padi dapat dikembangbiakkan secara langsung, baik dengan benih maupun benih yang disemai menjadi bibit. Benih disemai selama 21 – 28 hari, kemudian dicabut dan ditanam di areal yang telah disiapkan. (Purwono dan Heni, 2013). Pada waktu melakukan usahatani, petani sangat mengharapkan agar benih yang ditanamnya dapat menghasilkan tanaman yang seragam dan hasil panen yang maksimal dan dengan kualitas yang baik. Namun, bila petani tersebut tidak menggunakan benih yang bersertifikat maka usahataninya akan mengundang kerawanan, bahkan akan dapat menyebabkan kegagalan. (Hendarto Kuswanto, 2000).
Teknologi dan sumberdaya manusia (SDM), bukan hanya jumlah tetapi juga kualitas, sangat menentukan keberhasilan Indonesia dalam mencapai ketahanan pangan. Lagipula, teknologi dan SDM adalah dua faktor produksi yang sifatnya komplementer, dan ini berlaku disemua sektor, termasuk pertanian. (Tulus Tambunan, 2010). Modernisasi teknologi mengakibatkan sistem produksi padi (system of rice intensification) masuk kedalam jebakan kompleksitas pengelolaan hama yang tidak terbayangkan sebelumnya. (Tri Pranadji, dkk, 2005). Air merupakan salah satu unsur terbesar bagi tanaman.
Produksi padi untuk masa mendatang akan sangat bergantung dari luas areal yang masih tersedia dan produktivitasnya. (Purwono dan Heni, 2013). Masalah lahan pertanian akibat konversi yang tidak bisa dibendung menjadi tambah serius akibat distribusi lahan yang timpang. Pertumbuhan penduduk di pedesaan menambah jumlah petani gurem atau petani yang tidak memiliki lahan sendiri, luas lahan yang semakin sempit tidak mungkin menghasilkan produksi yang optimal. (Tulu Tambunan, 2010).
Upaya peningkatan kesejahteraaan petani, terutamaa bagi petani berlahan sempit, harus dilakukan dengan dua pendekatan secara simultan, yaitu : pertama, memperluas pengusahaan lahan usahatani melalui pola usaha kelompok (kelompok tani usaha) yang dikelola oleh satu manajemen usaha. Kedua, memperluas (menciptakan) lapangan kerja di pedesaan, baik melalui pengembangan agroindustri maupun kegiatan-kegiaan ekonomi lainnya yang dapat memberikan tambahan pendapatan ataupun usaha ekonomi alternative bagi petani. (Sudadi Martodireso, 2006). Lahan merupakan faktor produksi yang sangat penting apalagi bagi seorang petani yang hidupnya tergantung pada lahan pertaniannya. (Sunarto, 2006).
Sebagaimana lazimnya makhluk hidup, tak kecuali tumbuhan, tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Untuk membasmi hama dan penyakit sering kali manusia menggunakan obat-obatan anti hama. Pestisida yang digunakan untuk membasmi hama serangan disebut insektisida. Adapun pestisida yang digunakan untuk membasmi jamur disebut fungisida. (Reny Rahmawati, 2012).
Analisi terhadap aspek produksi merupakan salah satu pendekatan yang terpenting dalam kebijaksanaan pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan terutama yang menjadi makanan pokok masyarakat. Pendekatan ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas dan efisiensi. Dengan pendekatan ini akan diketahui alternatif produksi yang paling tepat dalam waktu yang telah ditentukan sehingga nantinya dapat menjadi salah satu informasi yang berguna dalam pembuatan kebijakan pertanian. (Deptan, 2004).
Dalam usahatani banyak terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tidak tetap secara langsung dapat membentuk adanya prduksi skala usahatani menentukan besarnya biaya tidak tetap tersebut. (Soekartawi, 2002). Biaya tenaga kerja sangat berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang tersedia, semakin sedikit tenaga  kerja yang tersedia biaya atau ongkos yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tersebut semakin mahal. (Hendarto Kuswanto, 2007). Pendapatan petani merupakan hasil kombinasi antara tenaga kerja keluarga, modal dan jasa dalam bidang tatalaksana yang dapat dihitung dengan mengurangi pendapatan kotor terhadap biaya produksi yang dikeluarkan. (Gunawan Sumodiningrat, 2001).
Analisis usahatani mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada, secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan padda waktu tertentu. Disebut efektif jika petani (produsen) dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki dengan sebaik-baiknya, serta dikatakan efisien apabila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan output yang melebihi input. Salah satu cara untuk menentukan kelayakan usahatani adalah menggunakan analisis Benefit Cost of Ratio (BCR). Tujuannya untuk mengevaluasi apakah suatu uasahatani memberikan keuntungan dan layak untuk dilanjutkan atau tidak. (Soekartawi, 2002).
Break Even Point (BEP) adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variable, keuntungan dan volume kegaitan. Masalah BEP baru akan muncul dalam perusahaan apabila perusahaan tersebut mempunyai biaya tetap dan biaya tidak tetap. (dalam Roni Saidman oleh Muhammad Firdaus, 2008). Dilihat dari jumlah produksi, titik BEP diperoleh pada saat penerimaan sama dengan pengeluaran atau TR = TC. Semakin besar keuntungan yang diterima, semakin cepat waktu pengembalian biaya. (Yacob Ibrahim, 2009). Manfaat BEP adalah (1) Alat perencanaan untuk menghasilkan laba; (2) Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjuaan yang bersangkutan; (3) Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan; (4) mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti. (Irnawt, 2011).


BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN
1.1              Konsep Pendekatan
Di Indonesia saat ini, upaya peningkatan produksi padi terus menerus dilakukan melalui berbagai pengenalan inovasi teknologi. Namun, dalam kenyataannya produksi padi telah mencapai titik klimaksnya (tertinggi). Meningkatkan produktivitas padi sehingga membuka peluang untuk melakukan kebijakan harga yang lebih menguntungkan, baik untuk konsumen maupun produsen. Upaya menjamin kesinambungan upaya peningkatan produksi padi dan kesinambungan peningkatan kesejahteraan petani, harus disadari pentingnya pengembangan kelembagaan tani padi yang berangkat dari kepentingan para pelaku tani padinya.
Sawah tadah hujan adalah sawah yang sistem pengairannya sangat mengandalkan curah hujan. Jenis sawah ini hanya menghasilkan di musim hujan. Dimusim kering sawah ini dibiarkan tidak diolah karena air sulit didapat atau tidak ada sama sekali. Sawah tadah hujan umumnya hanya dipanen setahun sekali. Intensitas penggunaan tenaga kerja di sawah tadah hujan lebih tinggi karena petani harus menyulam (menanam kembali) lebih sering dibandingkan sawah beririgasi, akibat suplai air yang tidak stabil.
Padi sawah padi tadah hujan yang diusahakan pada Wilayah kerja Desa Binaan setiap tahunnya mengalami penambahan luas. Luas areal Intensifikasi Khusus (Insus) dan Intensifikasi Umum (Inmum) padi di Desa Pulau Bayr Kecamatan Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi sebagai berikut : Luas Baku (ha): 125, Luas Tanam (ha) : 125, Panen (ha) : 125, Produksi Rata-rata (kg) : 9,08, Total Produksi (ton) GKP : 236  ,08.
1.2              Konsep Operasional
Untuk memudahkan pengoperasian dari konsep yang ada, serta untuk tercapainya kesamaan pendapat, dibawah ini diberikan batasan-batasan mengenai konsep operasional serta pengukuran yang ada dalam penelitian, sebagai berikut :
1.             Analisis usahatani adalah perhitungan pendapatan usahatani padi sawah yang dihitung dari besarnya biaya yang dikeluarkan (input) dan besarnya biaya pendapatan (output) dalam satu periode proses produksi.
2.             Usahatani padi sawah tadah hujan adalah suatu jenis kegiatan pertanian padi sawah yang sumber air utamanya berasal dari curah hujan.
3.              Petani responden adalah petani yang melaksanakan usahatani padi sawah di Desa Pulau Bayur Kecamatan Cerenti Kabupaten Kuantang Singingi.
4.             Faktor produksi adalah input yang digunakan dalam usahatani padi sawah seperti modal, tenaga kerja, sarana produksi, dan lain-lain.
5.             Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan selama proses produksi (Rp/Luas lahan).
6.             Biaya tetap (Fixel cost) adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang tidak dapat diubah jumlahnya, seperti penyusutan alat pertanian yang digunakan (cangkul, parang, sabit, dan lain-lain). (Rp/Musim tanam).
7.             Biaya tidak tetap (Variabel cost) adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya, seperti benih, pupuk, pestisida, dan lain-lain. (Rp/Musim tanam).
8.             Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja pada usahatani padi dalam berbagai kegiatan, baik yang berasal dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga mulai dari persiapan lahan sampai panen yang diukur dengan Hari Kerja Pria (HKP).
9.             Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk memberantas hama dan penyakit serta gulma (Liter/Luas lahan/Musim tanam).
10.         Penyusutan adalah perhitungan dari umur teknis dari setiap alat yang digunakan dalam satu kali proses produksi (Rp/Musim tanam).
11.         Produksi padi adalah hasil panen yang diperoleh dalam satu kali musim tanam dalam bentuk gabah kering giling (GKG) (Kg/Luas lahan).
12.         Pendapatan kotor adalah total produksi yang dihasilkan dalam bentuk gabah kering dikalikan dengan harga jual, dihitung dalam rupiah (Rp/Musim tanam).
13.         Pendapatan bersih adalah total penerimaan dikurang dengan seluruh biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. (Rp/Musim tanam).
14.         Luas lahan garapan adalah luas lahan yang dipergunakan untuk menanam tanaman padi sawah dalam jangka waktu satu musim tanam.
15.         Kelayakan usahatani adalah penbandingan antara pendapatan kotor dengan jumlah biaya produksi.
16.         BEP atau Break Even Point adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan/ profit.


BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1       Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Pulau Bayur Kecamatan Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi dan akan dilakukan mulai dari bulan Maret sampai bulan Mei tahun 2014. Dipilihnya daerah ini sebagai tempat penelitian karena mata pencaharian masyarakat di Desa Pulau Bayur pada umumnya berusahatani padi sawah tadah hujan dan merupakan Desa binaan intensifikasi serta belum adanya orang lain yang melakukan penelitian di Desa Pulau Bayur ini. Secara ekonomis lokasinya berdekatan dengan tempat tinggal penulis, sarana transportasi lancar dan secara sosial, masyarakat petani bertani terdiri dari beberapa kelompok tani.
4.2       Populasi dan Sampel
Anggota populasi dalam penelitian ini adalah semua petani yang melaksanakan usahatani padi sawah di Desa Pulau Bayur. Berdasarkan data dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) jumlah petani yang melakukan usahatani padi sawah tadah hujan ini adalah 310 KK. Pengambilan sampel secara acak sederhana (Simple Random Sampling) dimana, anggota popuasi tersebut diambil sampel sebanyak 10% sehingga jumlah usahatani padi sawah tadah hujan di Desa Pulau Bayur sampelny sebanyak 31 KK.
4.3       Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari petani responden dengan mengadakan wawancara langsung (interview) menggunakan daftar pertanyaan (quisioner), yang meliputi identitas petani, yakni : umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pengalaman berusahatani padi sawah, jumlah sarana produksi, luas lahan garapan, tenaga kerja dan produksi serta pendapatan petani. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait seperti : Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), Kantor Kepala Desa, dan lain-lain yang ada kaitannya dengan penelitian ini seperti : peta lokasi, iklim, topografi, kependudukan, dan lain-lain.
4.4       Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini selanjutnya ditabulasi sesuai dengan tujuan dan kemudian dianalisis guna untuk menjawab semua permasalahan dan tujuan yang telah ditetapkan.
1.        Untuk menghitung bagaimana keuntungan dapat dimaksimumkan dengan cara meningkatkan total penerimaan pada kondisi biaya usahatani yang relatif konstan (program maksimasi) digunakan rumus. (Soekartawi, 1992).
Rumus :           π = TP –TB
Dimana :
π  = Total keuntungan
TP = Total penerimaan
TB = Total biaya
2.        Untuk menghitung biaya penyusutan alat-alat pertanian digunakan rumus. (Irwanto, 1984).
Rumus :                D =
Dimana :
D = Biaya penyusutan alat (Rp)
P = Harga beli alat (Rp)
S = Nilai sisa (Rp)
N = Umur ekonomis (thn)
3.        Untuk mengetahui tingkat kelayakan usahatani maka digunakan rumus Benefit Cost of Ratio. (Soekartawi, 2001).
Rumus :                BCR =
Dimana :
BCR = Benefit Cost of Ratio
B = Benefit (pendapatan)
C = Cost ( Biaya produksi)
Dengan kriteria :
BCR < 1 usahatani padi sawah tidak layak untuk diusahakan
BCR = 1 usahatani padi sawah impas (tidak untung tidak rugi)
BCR > 1 usahatani padi sawah layak untuk diusahakan
4.        Untuk menghitung BEP (Break even point) digunakan rumus menurut (Muhammad Firdaus, 2008).
Rumus :                BEP =
Dimana :
BEP = Break even point (titik impas) unit
TFC = Biaya tetap (Rp/Musim tanam)
P = Harga per unit (Rp/Unit)
AVC = Biaya variabel rata-rata (Rp/Unit)
Untuk mrnghitung BEP dalam rupiah adalah mengalikan dengan harga per unit produksi. (Yacob Ibrahim, 2009).
Rumus :                BEP (Rp) =
Dimana :
𝑎 = fixel cost (biaya tetap)
𝑏 = biaya variabel per unit
𝑝 = harga per unit
𝑞 = jumlah produksi


DAFTAR PUSTAKA
Aak. 2003. Tanah dan Pertanian. Yogyakarta: Kanisius
Aak. 2005. Dasar-dasar Bercocok Tanam. Yogyakarta: Kanisius
Andika. 2011. Analisis Tanah Sawah Tadah Hujan. http:/andikasepta.blogspot.com
BPPP Kementrian Pertanian RI. 2010. Padi Inovasi teknologi dan Ketahanan Pangan. Jakarta : Balai Pustaka.
Departemen pertanian. 2004. Gabah Kering Giling. www.deptan.go.id/ditjentp.
Effendi, Pasandaraan, 1991. Irigasi di Indonesia Strategis dan Pengembangan.jakarta: LP3ES.
Ekstensi. 2003. Membangun Sistem Penyuluhan Pertanian Partisipatif Edisi.
Firdaus, M. 2010. Manajemen Agribisnis. Jakarta: PT Bumi Aksara. Dalam Skripsi Roni Saidman.
Hendarto, K. 2007. Teknologi Pemprosesan Pengemasan dan Penyimpanan Benih. Yagyakarta: Kanisius.
Ibrahim, Y. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Irnawt, Wordpress. 2011. Pengertian Definisi dan Rumus Break Even Point.
Kementrian Pertanian. 2014. Inovasi Pola Lahan Sawah Tadah Hujan. http://cybex.deptan.go.id
Khomsan, Ali. 2008. Rawan Pangan Rawan Gii. Kompas.
Kuswanto, H. 2000. Analisis Benih. Yogyakarta: ANDI
Martodireso, S. Dan Suryanto, A.W.2006. agribisnis Kemitraan Usaha Bersama. Yogyakarta: Kanisius.
Pitojo, Setiji. 1997. Budidaya Tanaman Padi Sawah Tabela. Jakarta: Penebar Swadaya.
Pranadji, T., dkk. 2005. Pengelolaan Serangga dan Pertanian Organik Berkelanjutan di Pedesaan. Jakarta.
Purwasasmita, M dan Sutaryat, A. 2012. Padi Sri Organik Indonesia. Jakarta: Penebar Swadaya.
Purwono dan Purnawati, H. 2013. Budidaya 8 Jenis Tanaman Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rahmawati, R. 2012. Cepat & Tepas Berantas Hama & Penyakit Tanaman. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Soekartawi, 1997. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT RajaGrapindo Persada.
Soekartawi, 2000. Linear Programming Teori Aplikasinya Khusus dalam Bidang Pertanian. Jakarta: PT RajaGrapindo Persada.
Soekartawi, 2002. Analisis Usahatani. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sumodiningrat, G. 2001. Menuju Swasembada Pangan Revolusi Hijau. Jakarta: RBI.
Tambunan, Tulus. 2010. Pembangunan Pertanian dan Ketahanan Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia ( UI-Press).
Yuliyanto. 2014. Kajian Dampak Variabelitas Curah Hujan Terhadap Produktivitas Padi Sawah Tadah Hujan di Kabupaten Magelang. Bolank_theexplorer@yahoo.com.


Lampiran 1
JADWAL PENELITIAN DAN PERSIAPAN UJIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 3 bulan dengan perincian jadwal sebagai berikut :
No.
Jenis kegiatan
Jadwal Penelitian Bulan/Minggu Kegiatan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1.
Persiapan Proposal




















2.
Konsultasi




















3.
Seminar Proposal




















4.
Survey Lapangan (Ambil Data)





















5.
Analisis Data




















6.
Pembuatan Skripsi




















7.
Konsultasi dengan Pembimbing




















8.
Seminar Hasil




















9.
perbaikan Skripsi




















10.
Ujian Komfrehensif




















11.
Perbaikan dan Perbanyakan




















12.
Skripsi





















Lampiran 2
ANGGARAN BIAYA PENELITIAN
1.        Pra survey                                                                        Rp. 60.000
2.        Persiapan proposal                                                           Rp. 200.000
3.        Pembuatan Proposal                                                         RP. 300.000
4.        Transportasi                                                                      Rp. 216.000
5.        Biaya selama penelitian                                                    Rp. 1.000.000
6.        Biaya pembuatan laporan                                                 Rp. 1.000.000
7.        Biaya survey                                                                    Rp. 500.000
8.        Biaya tak terduga                                                             Rp. 200.000
Jumlah                                                                            Rp. 3.476.000


Lampiran 3
DAFTAR PERTANYAAN
I.     IDENTITAS RESPONDEN
1.    Nama                                                          :.................................................
2.    Umur                                                          :.................................................
3.    Pendidikan                                                 :.................................................
4.    Lokasi/Desa                                                :.................................................
5.    Jumlah Anggota Keluarga                          :.................................................
6.    Pekerjaan Pokok                                         :.................................................
7.    Pekerjaan Sampingan                                 :.................................................
8.    Tanggal Wawancara                                   :.................................................

II.  HUBUNGAN KELUARGA
Tabel 2. Identitas Responden Berdasarkan Hubungan Keluarga:
No
Nama
Hubungan Keluarga
Jenis Kelamin
Umur
Pendidikan
1.





2.





3.





4.





5.






III.   USAHATANI
1.    Berapa luas tanaman padi yang Bapak/Ibu usahakan? ha..........................
2.    Apa status kepemilikan lahan Bapak/Ibu?
a.         Milik sendiri                b. Disewa
3.    Kalau disewa berapa harga sewa pertahun ? Rp........................................
4.    Apakah Bapak/Ibu membayar pajak tanah yang Bapak/Ibu usahakan?
a.    Ya                                  b. Tidak
5.    Kalau Ya, berapa rupiah?...........................................................................
IV.   MODAL USAHA
1.    Dari mana Bapak/Ibu mendapatkan modal usahatani?
a.    Pribadi                           b. Pinjaman
2.    Apakah modal Bapak/Ibu sudah mencukupi?
a.    Ya                                  b. Tidak
3.    Apakah usahatani tanaman padi ini memerlukan modal yang besar?
a.    Ya                                  b. Tidak
4.    Apakah kendala Bapak/Ibu tentang modal usaha ini?

V.  PERSIAPAN LAHAN
1.    Apakah Bapak/Ibu melakukan pengolahan tanah?
a.    Ya                                  b. Tidak
2.    Apakah Bapak/Ibu melakukan pencangkulan tanah?
a.    Ya                                  b. Tidak
3.    Apakah Bapak/Ibu menggunakan mesin trakror untuk mengolah tanah?
a.    Ya                                  b. Tidak
4.    Apakah dalam pengolahan tanah menggunakan herbisida?
a.    Ya                                  b. Tidak
5.    Apakah dalam pengolahan tanah Bapak/Ibu upahkan?
a.    Ya                                  b. Tidak
6.    Jika Ya, berapa upahnya per hektar?............................................................

VI.   BENIH
1.    Varietas apa yang Bapak/Ibu gunakan?
a.    Unggul                           b. Lokal
2.    Dari mana Bapak/Ibu memperoleh benih padi tersebut?
a.    Milik sendiri                  b. Beli                          c. Bantuan
3.    Jika Bapak/Ibu beli, berapa harga perkilo? Rp............................................
4.    Berapa banyak benih yang Bapak/Ibu gunakan? Kg...................................
5.    Alat apa yang digunakan dalam penanaman?..............................................

6.    Apakah Bapak/Ibu melakukan penanaman sendiri?
a.    Ya                                  b. Tidak
7.    Jika tidak bagaimana mengerjakannya?
a.    Harian                            b. Borongan

VII.     PEMELIHARAAN
1.    Apakah Bapak/Ibu melakukan penyulaman?
a.    Ya                                  b. Tidak
2.    Apakah Bapak/Ibu melakukan penyiangan?
a.    Ya                                  b. Tidak
3.    Apakah Bapak/Ibu melakukan pemupukan?
a.    Ya                                  b. Tidak

Tabel 3: Jenis pupuk yang digunakan petani di Desa Pulau Bayur
No.
Jenis Pupuk
Jumlah
(kg)
Harga
(Rp)
Total Harga
(Rp)
1.
Urea



2.
SP36



3.
KCL



4.
Pupuk kandang



Jumlah




4.    Apakah Bapak/Ibu melakukan pengendalian hama dan penyakit?
a.    Ya                                  b. Tidak

5.    Jika Ya, dengan cara apa?
a.    Kimia                             b. Alami


Tabel 4: Jenis pestisida yang digunakan petani di DesaPulau Bayur
No.
Jenis Pestisida
Jumlah (Unit)
Jumlah Pemakaian
Harga (Rp)
Jumlah Biaya (Rp)
1.
Insektisida




2.
Rodensida




3.
Fungisida




Jumlah





VIII.  PERALATAN
1.    Alat apa saja yang Bapak/Ibu gunakan........................................................
Tabel 5: Jenis alat yang digunakan petani di Desa Pulau Bayur
No.
Nama Alat
Jumlah (Unit)
Harga/unit (Rp)
Umur Ekonomis (thn)
Nilai Sisa (Rp)
1.
Cangkul




2.
Parang




3.
Sabit




4.
Garu




5.
Kored/tajak




Jumlah





IX.        PANEN
1.    Siapa yang melakukan panen?
a.    Sendiri                           b. Diupahkan
2.    Alat apa yang digunakan untuk memanen?
a.    Sabit biasa                     b. Sabit gerigi                          c. Tuai/ani-ani

X.  PASCA PANEN
1.    Siapa yang melakukan perontokan?
a.    Sendiri                           b. Diupahkan
2.    Alat apa yang digunakan untuk perontokan padi?......................................

3.    Siapa yang melakukan pengangkutan?
a.    Sendiri                           b. Diupahkan
4.    Siapa yang melakukan pembersihan?
a.    Sendiri                           b. Diupahkan
5.    Berap produksi padi Bapak/Ibu selama satu kali musim tanam? Kg..........
6.    Dikemanakan produksi padi Bapak/Ibu?
a.    Dijual                             b. Konsumsi sendiri

XI.        TENAGA KERJA
1.    Bagaimana rincian tenaga kerja kegiatan usahatani padi yang Bapak/Ibu lakukan?.......................................................................................................
Tabel 6: Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh petani di Desa Pulau Bayur
No.
Jenis Pekerjaan
TKDK
TKLK
Jam
Upah/jam
Jumlah Biaya (Rp)
HKP
HKW
HKP
HKW
1.
Persiapan lahan







2.
Persemaian







3.
Penanaman







4.
Pemeliharaan







5.
Panen dan pascapanen







Keterangan :
TKDK    : Tenaga Kerja Dalam Keluarga
TKLK    : Tenaga Kerja Luar Keluarga
HKP       : Hari Kerja pria
HKW     : Hari Kerja Wanita


Lampiran 4
OUT LINE SEMENTARA
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang
1.2.   Permasalahan
1.3.   Tujuan Penelitian
1.4.   Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1.   Konsep Pemikiran
3.2.   Konsep Operasional
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1.   Tempat dan Waktu Penelitian
4.2.   Populasi dan Sampel
4.3.   Pengumpulan Data
4.4.   Analisis Data
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1.   Keadaan Umum DaerahPenelitian
5.2.   Identitas Responden
5.3.   Analisis Usahatani Padi Sawah Tadah Hujan
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.   Kesimpulan
6.2.   Saran
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran

1 komentar:

  1. AYO SEMUA BERMAIN DI TOGEL PELANGI JANGAN LEWATKAN PROMO MENARIK DARI KAMI

    HUBUNGI KONTAK KAMI :
    BBM : D8E23B5C
    WHAT APPS : +85581569708
    LINE : togelpelangi
    WE CHAT : togelpelangi
    LIVE CHAT 24 JAM : WWW-ANGKAPELANGI-NET

    SALAM JACKPOT DARI KAMI :)

    BalasHapus