BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Padi
adalah tanaman yang paling penting di negeri kita Indonesia ini. Betapa tidak
karena makanan pokok di Indonesia adalah nasi dari beras yang tentunya
dihasilkan oleh tanaman padi. Ketersediaan beras selalu menjadi prioritas
pemerintah karena menyangkut sumber pangan bagi semua lapisan masyarakat.
Pembangunan
pertanian pada dasarnya suatu proses untuk meningkatkan produksi yang sekaligus
dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani yang menggunakan
teknologi yang lebih maju serta peralatan dan permodalan yang lebih baik.
pembangnan pertanian di era globalisasi diharapkan pada tuntutan peningkatan
produktivitas, mutu dan efisien agar bisa bersaing dipasar internasional.
Peningkatan produksi usahatani khususnya padi, dapat dilakukan dengan pengembangan
teknologi baru. Namun, pada umumnya usaha pertanian masih dilakukan secara
tradisional, dikerjakan pada lahan-lahan yang sempit dan pemanfaatan lahannya
tidak optimal, sehingga hasilnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya itu sendiri, bahkan kadang-kadang tidak mencukupi (Ekstensi, 2003).
Pembangunan
sektor pertanian menjadi bagian integral pembangunan nasional yang telah
mendapatkan tempat dan peranan strategis. Sasaran pembangunan sektor pertanian
adalah meningkatkan hassil pertanian untuk mendukung industri yang kuat.
Usaha-usaha itu tidak akan tercapai, apabila petani sebagai pelaku utama tidak
dibantu dengan sarana produksi.
Kebijakan
pembangunan pertanian dalam menghadapi tantangan yang berkaitan dengan akan
terjadinya liberalisasi perdagangan dunia dan perubahan struktur perekonomian
nasional lebih diarahkan kepada terciptanya pertanian yang bermuara industri
dan pertanian yang berorientasi pasar dengan berbasis kepada ekonomi kerakyatan
dalam arti memberdayakan ekonomi masyarakat petani dengan memperhatikan aspek
sumberdaya potensial.
Sawah tadah
hujan yaitu sawah yang hanya mendapatkan air dari air hujan. Sawah tadah hujan
biasanya diusahakan untuk tanaman padi hanya pada musim hujan. (Pasandaraan, 1991). Permasalahan
yang terjadi pada lahan sawah tadah hujan yaitu curah hujan yang tidak menentu
pada awal tanam menyebabkan keterlambatan tanam pada musim tanam pertama (MT 1)
karena debit air yang tidak cukup untuk penanaman padi. (Kementrian pertanian,
2014).
Kabupaten
Kuantan Singingi mempunyai potensi yang sangat besar dalam pertanian pada
umumnya tanaman pangan khususnya yang dapat di kembangkan. Daya dukung dan luas
lahan yang lebih dari setengah jumlah penduduk bekerja pada sektor pertanian
dengan keterampilan dasar yang dimiliki, pasar yang tersedia dengan
infrastruktuk yang sedang digalakkan, merupakan modal dasar untuk pengembangan
agribisnis.
Kecamatan
Cerenti merupakan salah satu kecamatan, dari dua belas (12) kecamatan yang
berada di Kabupaten Kuantan Singingi yan mempunyai jumlah penduduk 17.471 jiwa
dengan luas wilayah 456 km2 dan terdiri dari dua belas (12) Desa,
dengan mata pencaharian penduduknya sebagian besar sebagai petani. Perubahan
paradigma pembangunan Nasional, mereposisi peranan pemerintah dari pelaksanaan
menjadi akseletator, regulator dan fasilitator dimana pelaksanaan ketiga
peranan tersebut sejalan dengan dilaksanakannya otonomi daerah berdasarkan
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah. (UPTD Tanaman
Pangan, 2014).
Berdasarkan
sensus penduduk tahun 2010 Desa Pulau Bayur merupakan desa eks-transmigrasi dan
salah satu desa dari 12 desa yang ada di Kecamatan Cerenti, dengan jumlah
penduduk sebanyak 354 KK atau 1.672 jiwa. (pnpm Desa Pulau Bayur,2010).
Penduduk Desa Pulau Bayur yaitu berjumlah penduduk 1.940 jiwa yang terdiri dari
1010 jiwa laki-laki dan 930 jiwa perempuan dengan kepala keluarga 245 KK,
dengan 230 KK diantaranya merupakan KK tani. Jumlah pemilik lahan tidak
menggarap sebanyak 18 KK, pemilik lahan penggarap sebanyak 205 KK, penggarap
lahan 7 KK, dan buruh tani 6 KK, pedagang 20 KK. (UPTD Tanaman Pangan ).
1.2 Permasalahan
Usahatani
padi sawah tadah hujan yang ada di Desa Pulau Bayur Kecamatan Cerenti Kabupaten
Kuantan Singingi ini masih bersifat kebutuhan sendiri (Sub sistem), dan pada
umumnya tenaga kerja berasal dari dalam keluarga. Dari segi ekonomis para
petani kurang memperhitungkan, apakah usahatani yang dilakukan benar-benar
memberikan keuntungan atau tidak karena minimnya modal, luar lahan yang sedikit
serta pendapatan yang kurang maksimal.
Dengan permasalahan-permasalahan yang timbul diatas maka penulis tertarik untuk mempelajari serta menganalisis biaya produksi dan pendapatan usahatani guna untuk membantu petani agar bisa tahu dan jelas apakah usahatani yang dilakukan selama ini memberikan keuntungan yang maksimal atau tidak.
Dengan permasalahan-permasalahan yang timbul diatas maka penulis tertarik untuk mempelajari serta menganalisis biaya produksi dan pendapatan usahatani guna untuk membantu petani agar bisa tahu dan jelas apakah usahatani yang dilakukan selama ini memberikan keuntungan yang maksimal atau tidak.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini
adalah :
1.
Untuk menganalisis produksi dan
pendapatan usahatani padi sawah tadah hujan di Desa Pulau Bayr Kecamatan
Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi.
2.
Untuk mengetahui tingkat kelayakan
usahatani padi sawah tadah hujan di Desa Pulau Bayur Kecamatan Cerenti
Kabupaten Kuantan Singingi.
3.
Untuk menghitung nilai BEP (break even point) padi sawah tadah hujan
di Desa Pulau Bayur Kecamatan Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian
ini adalah :
1.
Sebagai sumbangan pemikiran dan
informasi bagi petani maupun pemerintah daerah untuk menetapkan kebijakan dalam
kegiatan pengembangan usahatani padi sawah tadah hujan di Desa Pulau Bayur
Kecamatan Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi.
2.
Untuk menambah wawasan bagi peneliti
khususnya dan pembaca umumnya dalam menentukan langkah-langkah dan kebijakan
yang berkaitan dengan usahatani padi sawah.
3.
Bagi pihak lain hasil penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan pada
masalah yang sama
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
Padi merupakan tanaman
pangan berupa rumput berumpun. Padi termasuk famili : rumput-rumputan. Tanaman
pertanian kuno ini berasal dari dua benua, yaitu Asia dan Afrika Barat tropis
dan subtropis. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinafur Uttar Pradesh
India sekitar 100-800 SM. (Purwono dan Heni,2013).
Terdapat 25 spesies Oryza. Jenis yang dikenal adalah O. Sativa dengan dua subspesies.
Pertama, yaponica (padi bulu) yang
ditanam di daerah subtropis. Kedua, indica
(padi pare) yang ditanam di Indonesia. Adaptasi yapoica yang berkembang dibeberapa daerah di Indonesia disebut
subspesies javanica. (Purwono dan
Heni, 2013)
Tanaman padi sebenarnya
mempunyai potensi besar untuk memberi produksi dalam jumlah dan kualitas yang
tinggi. Namun, hal ini baru dapat dicapaibila kondisi pendukung pertumbuhannya
bisa terpenuhi sacara optimal melalui proses pengolahan yang memadai unsur
biomassa, tanah, tanaman, air dan agroekosistemnya.(Mubiar dan Alik, 2012).
Usahatani (farm) adalah organisasi dari alam
(lahan), tenaga kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi dilapangan
pertanian. Organisasi tersebut ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja
diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang sebagai pengelolanya. (Muhammad
Fidaus, 2010). Usahatani padi dinilai belum efisien. Selain pupuk, air juga
dimanfaatkan dalam jumlah yang berlebihan. Hal ini tidak menguntungkan karena
air merupakan sumber daya alam yang jumlahnya terbatas. (Setujo Pitojo, 1997).
Tujuan seorang petani dalam berusahatani pada umumnya memaksimumkan keuntungan
(profit) atau memaksimumkan total penerimaan usahatani dalam jangka waktu yang
tepat dan singkat. ( Soekartawi, 2000).
Permasalahan yang terjadi
pada lahan sawah tadah hujan yaitu curah hujan yang tidak menentu pada awal
tanam menyebabkan keterlambatan tanam pada musim tanam pertama (MT 1) karena
debit air yang tidak cukup untuk penanaman padi. (Kementrian Pertanian, 2014).
Kajian mengenai dampak variabilitas curah hujan terhadap produktivitas padi
sawah tadah hujan penting dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hubungan
antara keduanya, sehingga pada akhirnya dapat ditentukan pola adaptasi yang
sesuai guna mencapai produktivitas padi yang maksimal. (Yuliyanto, 2014).
Kandungan air tiap-tiap jenis tanaman berbeda-beda, berkisar dari 90% untuk
tanaman muda sampai kurang dari 10% untuk padi-padian yang menua. (Aak, 2005).
Sistem agribisnis padi
sangat strategis dalam pemantapan ketahanan pangan, baik dalam penyediaan
maupun distribusi dan akses beras guna menjamin kecukupan pangan penduduk.
Pertumbuhan produksi tanaman pangan, khususnya beras, pada kurun waktu tersebut
didukung oleh penemuan dan pengembangan varietas unggul baru padi mempunyai potensi
hasil tinggi dan tangkap terhadap penggunaan pupuk kimiawi. ( BPPP Kementrian
Pertaninan RI, 2010).
Kebijaksanaan
infrastruktur adalah kebijaksanaan yang menyangkut kegiatan pembangunan sarana
transportasi dari pusat-pusat informasi ke daerah penerima informasi.
Pembangunan infrastruktur pertanian menjadi syarat penting guna mendukung
pertanian yang maju. (Khomsan, 2008).
Produksi padi sawah
tadah hujan yang dihasilkan oleh petani sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
produksi, tingkat teknologi, dan efisiensi dari usahatani tersebut. (Andika,
2011). Faktor produksi memang sangat mempengaruhi besar kecilnya produksi yang
diperoleh. Dalam berbagai pengalaman menunjukkan bahwa faktor produksi lahan,
modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, dan aspek
manajemen adalah faktor produksi yang terpenting diantara produksi yang lain.
(Soekartawi, 2001).
Biasanya usahatani
pertanian skala kecil akan menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dan tidak
perlu tenaga kerja ahli (skilled). Sebaliknya pada usaha pertanian skala besar,
lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga dengan cara sewa dan sering
diperlukannya tenaga kerja yang ahli, misalnya tenaga kerja yang mampu
mengerjakan traktor, dan sebagainya. (Soekartawi, 1997).
Dalam manajemen agribisnis
modal diartikan sebagai keseluruhan aktiva sehingga mencakup ekuitas dan utang
bisnis. (Muhammad Firdaus, 2010). Jika tanah pertanian dikerjakan pada waktu
yang tepat mungkin dengan biaya sama akan dapat memperoleh hasil yang lebih
baik, atau dengan biaya yang lebih murah
dapat mencapai yang sama baiknya. (Aak, 2003). Penyebab lainnya
yang membuat rapuhnya ketahanan pangan di Indonesia adalah keterbatasan dana.
Sektor pertanian merupakan paling sedikit mendapat kredit dari perbankan.
(Tulus Tambunan, 2010). Modal dalam usahatani dapat diklarifikasi sebagai
bentuk kekayaan, baik berupa uang maupun barang yang digunakan untuk
menghasilkan sesuatu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu
proses produksi. (Soekartawi, 1997).
Tanaman padi dapat
dikembangbiakkan secara langsung, baik dengan benih maupun benih yang disemai
menjadi bibit. Benih disemai selama 21 – 28 hari, kemudian dicabut dan ditanam
di areal yang telah disiapkan. (Purwono dan Heni, 2013). Pada waktu melakukan
usahatani, petani sangat mengharapkan agar benih yang ditanamnya dapat
menghasilkan tanaman yang seragam dan hasil panen yang maksimal dan dengan
kualitas yang baik. Namun, bila petani tersebut tidak menggunakan benih yang
bersertifikat maka usahataninya akan mengundang kerawanan, bahkan akan dapat
menyebabkan kegagalan. (Hendarto Kuswanto, 2000).
Teknologi dan
sumberdaya manusia (SDM), bukan hanya jumlah tetapi juga kualitas, sangat
menentukan keberhasilan Indonesia dalam mencapai ketahanan pangan. Lagipula,
teknologi dan SDM adalah dua faktor produksi yang sifatnya komplementer, dan
ini berlaku disemua sektor, termasuk pertanian. (Tulus Tambunan, 2010).
Modernisasi teknologi mengakibatkan sistem produksi padi (system of rice intensification) masuk kedalam jebakan kompleksitas
pengelolaan hama yang tidak terbayangkan sebelumnya. (Tri Pranadji, dkk, 2005).
Air merupakan salah satu unsur terbesar bagi tanaman.
Produksi padi untuk
masa mendatang akan sangat bergantung dari luas areal yang masih tersedia dan
produktivitasnya. (Purwono dan Heni, 2013). Masalah lahan pertanian akibat
konversi yang tidak bisa dibendung menjadi tambah serius akibat distribusi
lahan yang timpang. Pertumbuhan penduduk di pedesaan menambah jumlah petani gurem
atau petani yang tidak memiliki lahan sendiri, luas lahan yang semakin sempit
tidak mungkin menghasilkan produksi yang optimal. (Tulu Tambunan, 2010).
Upaya peningkatan
kesejahteraaan petani, terutamaa bagi petani berlahan sempit, harus dilakukan
dengan dua pendekatan secara simultan, yaitu : pertama, memperluas pengusahaan
lahan usahatani melalui pola usaha kelompok (kelompok tani usaha) yang dikelola
oleh satu manajemen usaha. Kedua, memperluas (menciptakan) lapangan kerja di
pedesaan, baik melalui pengembangan agroindustri maupun kegiatan-kegiaan
ekonomi lainnya yang dapat memberikan tambahan pendapatan ataupun usaha ekonomi
alternative bagi petani. (Sudadi Martodireso, 2006). Lahan merupakan faktor
produksi yang sangat penting apalagi bagi seorang petani yang hidupnya
tergantung pada lahan pertaniannya. (Sunarto, 2006).
Sebagaimana lazimnya
makhluk hidup, tak kecuali tumbuhan, tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan.
Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus,
bakteri, atau jamur). Untuk membasmi hama dan penyakit sering kali manusia
menggunakan obat-obatan anti hama. Pestisida yang digunakan untuk membasmi hama
serangan disebut insektisida. Adapun pestisida yang digunakan untuk membasmi
jamur disebut fungisida. (Reny Rahmawati, 2012).
Analisi terhadap aspek
produksi merupakan salah satu pendekatan yang terpenting dalam kebijaksanaan
pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan terutama yang menjadi makanan pokok
masyarakat. Pendekatan ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas dan efisiensi. Dengan pendekatan ini akan diketahui
alternatif produksi yang paling tepat dalam waktu yang telah ditentukan
sehingga nantinya dapat menjadi salah satu informasi yang berguna dalam
pembuatan kebijakan pertanian. (Deptan, 2004).
Dalam usahatani banyak
terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tidak tetap secara
langsung dapat membentuk adanya prduksi skala usahatani menentukan besarnya
biaya tidak tetap tersebut. (Soekartawi, 2002). Biaya tenaga kerja sangat
berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang tersedia, semakin sedikit tenaga kerja yang tersedia biaya atau ongkos yang
dikeluarkan untuk tenaga kerja tersebut semakin mahal. (Hendarto Kuswanto,
2007). Pendapatan petani merupakan hasil kombinasi antara tenaga kerja
keluarga, modal dan jasa dalam bidang tatalaksana yang dapat dihitung dengan
mengurangi pendapatan kotor terhadap biaya produksi yang dikeluarkan. (Gunawan
Sumodiningrat, 2001).
Analisis usahatani
mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada, secara efektif
dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan padda waktu tertentu. Disebut
efektif jika petani (produsen) dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka
miliki dengan sebaik-baiknya, serta dikatakan efisien apabila pemanfaatan
sumberdaya tersebut menghasilkan output
yang melebihi input. Salah satu cara
untuk menentukan kelayakan usahatani adalah menggunakan analisis Benefit Cost
of Ratio (BCR). Tujuannya untuk mengevaluasi apakah suatu uasahatani memberikan
keuntungan dan layak untuk dilanjutkan atau tidak. (Soekartawi, 2002).
Break
Even Point (BEP) adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara
biaya tetap, biaya variable, keuntungan dan volume kegaitan. Masalah BEP baru
akan muncul dalam perusahaan apabila perusahaan tersebut mempunyai biaya tetap
dan biaya tidak tetap. (dalam Roni Saidman oleh Muhammad Firdaus, 2008).
Dilihat dari jumlah produksi, titik BEP diperoleh pada saat penerimaan sama
dengan pengeluaran atau TR = TC. Semakin besar keuntungan yang diterima,
semakin cepat waktu pengembalian biaya. (Yacob Ibrahim, 2009). Manfaat BEP
adalah (1) Alat perencanaan untuk menghasilkan laba; (2) Memberikan informasi
mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan
kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjuaan yang bersangkutan; (3)
Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan; (4) mengganti sistem
laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti. (Irnawt,
2011).
BAB III
KERANGKA
PEMIKIRAN
1.1
Konsep
Pendekatan
Di
Indonesia saat ini, upaya peningkatan produksi padi terus menerus dilakukan
melalui berbagai pengenalan inovasi teknologi. Namun, dalam kenyataannya
produksi padi telah mencapai titik klimaksnya (tertinggi). Meningkatkan
produktivitas padi sehingga membuka peluang untuk melakukan kebijakan harga
yang lebih menguntungkan, baik untuk konsumen maupun produsen. Upaya menjamin
kesinambungan upaya peningkatan produksi padi dan kesinambungan peningkatan
kesejahteraan petani, harus disadari pentingnya pengembangan kelembagaan tani
padi yang berangkat dari kepentingan para pelaku tani padinya.
Sawah
tadah hujan adalah sawah yang sistem pengairannya sangat mengandalkan curah
hujan. Jenis sawah ini hanya menghasilkan di musim hujan. Dimusim kering sawah
ini dibiarkan tidak diolah karena air sulit didapat atau tidak ada sama sekali.
Sawah tadah hujan umumnya hanya dipanen setahun sekali. Intensitas penggunaan
tenaga kerja di sawah tadah hujan lebih tinggi karena petani harus menyulam
(menanam kembali) lebih sering dibandingkan sawah beririgasi, akibat suplai air
yang tidak stabil.
Padi sawah padi tadah hujan yang diusahakan pada
Wilayah kerja Desa Binaan setiap tahunnya mengalami penambahan luas. Luas areal
Intensifikasi Khusus (Insus) dan Intensifikasi Umum (Inmum) padi di Desa Pulau
Bayr Kecamatan Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi sebagai berikut : Luas Baku
(ha): 125, Luas Tanam (ha) : 125, Panen (ha) : 125, Produksi Rata-rata (kg) :
9,08, Total Produksi (ton) GKP : 236
,08.
1.2
Konsep
Operasional
Untuk memudahkan
pengoperasian dari konsep yang ada, serta untuk tercapainya kesamaan pendapat,
dibawah ini diberikan batasan-batasan mengenai konsep operasional serta
pengukuran yang ada dalam penelitian, sebagai berikut :
1.
Analisis usahatani adalah perhitungan
pendapatan usahatani padi sawah yang dihitung dari besarnya biaya yang
dikeluarkan (input) dan besarnya biaya pendapatan (output) dalam satu periode
proses produksi.
2.
Usahatani padi sawah tadah hujan adalah
suatu jenis kegiatan pertanian padi sawah yang sumber air utamanya berasal dari
curah hujan.
3.
Petani
responden adalah petani yang melaksanakan usahatani padi sawah di Desa Pulau
Bayur Kecamatan Cerenti Kabupaten Kuantang Singingi.
4.
Faktor produksi adalah input yang
digunakan dalam usahatani padi sawah seperti modal, tenaga kerja, sarana
produksi, dan lain-lain.
5.
Biaya produksi adalah seluruh biaya yang
dikeluarkan selama proses produksi (Rp/Luas lahan).
6.
Biaya tetap (Fixel cost) adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh faktor produksi yang tidak dapat diubah jumlahnya, seperti penyusutan
alat pertanian yang digunakan (cangkul, parang, sabit, dan lain-lain).
(Rp/Musim tanam).
7.
Biaya tidak tetap (Variabel cost) adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya, seperti benih, pupuk, pestisida,
dan lain-lain. (Rp/Musim tanam).
8.
Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya
tenaga kerja pada usahatani padi dalam berbagai kegiatan, baik yang berasal
dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga mulai dari persiapan lahan sampai
panen yang diukur dengan Hari Kerja Pria (HKP).
9.
Pestisida adalah bahan kimia yang
digunakan untuk memberantas hama dan penyakit serta gulma (Liter/Luas
lahan/Musim tanam).
10.
Penyusutan adalah perhitungan dari umur
teknis dari setiap alat yang digunakan dalam satu kali proses produksi
(Rp/Musim tanam).
11.
Produksi padi adalah hasil panen yang
diperoleh dalam satu kali musim tanam dalam bentuk gabah kering giling (GKG)
(Kg/Luas lahan).
12.
Pendapatan kotor adalah total produksi
yang dihasilkan dalam bentuk gabah kering dikalikan dengan harga jual, dihitung
dalam rupiah (Rp/Musim tanam).
13.
Pendapatan bersih adalah total
penerimaan dikurang dengan seluruh biaya yang dikeluarkan selama proses
produksi. (Rp/Musim tanam).
14.
Luas lahan garapan adalah luas lahan
yang dipergunakan untuk menanam tanaman padi sawah dalam jangka waktu satu
musim tanam.
15.
Kelayakan usahatani adalah penbandingan
antara pendapatan kotor dengan jumlah biaya produksi.
16.
BEP atau Break Even Point adalah suatu
analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual
kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul
serta mendapatkan keuntungan/ profit.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini akan dilaksanakan di Desa Pulau Bayur Kecamatan Cerenti Kabupaten Kuantan
Singingi dan akan dilakukan mulai dari bulan Maret sampai bulan Mei tahun 2014.
Dipilihnya daerah ini sebagai tempat penelitian karena mata pencaharian
masyarakat di Desa Pulau Bayur pada umumnya berusahatani padi sawah tadah hujan
dan merupakan Desa binaan intensifikasi serta belum adanya orang lain yang
melakukan penelitian di Desa Pulau Bayur ini. Secara ekonomis lokasinya
berdekatan dengan tempat tinggal penulis, sarana transportasi lancar dan secara
sosial, masyarakat petani bertani terdiri dari beberapa kelompok tani.
4.2 Populasi dan Sampel
Anggota
populasi dalam penelitian ini adalah semua petani yang melaksanakan usahatani
padi sawah di Desa Pulau Bayur. Berdasarkan data dari Balai Penyuluhan
Pertanian (BPP) jumlah petani yang melakukan usahatani padi sawah tadah hujan
ini adalah 310 KK. Pengambilan sampel secara acak sederhana (Simple Random Sampling) dimana, anggota
popuasi tersebut diambil sampel sebanyak 10% sehingga jumlah usahatani padi
sawah tadah hujan di Desa Pulau Bayur sampelny sebanyak 31 KK.
4.3 Pengumpulan Data
Data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari petani responden dengan
mengadakan wawancara langsung (interview) menggunakan daftar pertanyaan
(quisioner), yang meliputi identitas petani, yakni : umur, pendidikan, jumlah
anggota keluarga, pengalaman berusahatani padi sawah, jumlah sarana produksi,
luas lahan garapan, tenaga kerja dan produksi serta pendapatan petani.
Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait
seperti : Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), Kantor Kepala Desa, dan lain-lain
yang ada kaitannya dengan penelitian ini seperti : peta lokasi, iklim,
topografi, kependudukan, dan lain-lain.
4.4 Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian
ini selanjutnya ditabulasi sesuai dengan tujuan dan kemudian dianalisis guna
untuk menjawab semua permasalahan dan tujuan yang telah ditetapkan.
1.
Untuk menghitung bagaimana keuntungan
dapat dimaksimumkan dengan cara meningkatkan total penerimaan pada kondisi
biaya usahatani yang relatif konstan (program maksimasi) digunakan rumus.
(Soekartawi, 1992).
Rumus : π = TP –TB
Dimana :
π = Total keuntungan
TP = Total penerimaan
TB
= Total biaya
2.
Untuk menghitung biaya penyusutan
alat-alat pertanian digunakan rumus. (Irwanto, 1984).
Rumus : D =
Dimana :
D = Biaya penyusutan alat (Rp)
P = Harga beli alat (Rp)
S = Nilai sisa (Rp)
N
= Umur ekonomis (thn)
3.
Untuk mengetahui tingkat kelayakan
usahatani maka digunakan rumus Benefit
Cost of Ratio. (Soekartawi, 2001).
Rumus : BCR =
Dimana :
BCR
= Benefit Cost of Ratio
B
= Benefit (pendapatan)
C
= Cost ( Biaya produksi)
Dengan
kriteria :
BCR
< 1 usahatani padi sawah tidak layak untuk diusahakan
BCR
= 1 usahatani padi sawah impas (tidak untung tidak rugi)
BCR
> 1 usahatani padi sawah layak untuk diusahakan
4.
Untuk menghitung BEP (Break even point)
digunakan rumus menurut (Muhammad Firdaus, 2008).
Rumus : BEP =
Dimana :
BEP
= Break even point (titik impas) unit
TFC
= Biaya tetap (Rp/Musim tanam)
P
= Harga per unit (Rp/Unit)
AVC
= Biaya variabel rata-rata (Rp/Unit)
Untuk
mrnghitung BEP dalam rupiah adalah mengalikan dengan harga per unit produksi.
(Yacob Ibrahim, 2009).
Rumus : BEP (Rp) =
Dimana :
𝑎 = fixel cost (biaya
tetap)
𝑏 = biaya variabel per
unit
𝑝 = harga per unit
𝑞 = jumlah produksi
DAFTAR
PUSTAKA
Aak. 2003. Tanah dan Pertanian. Yogyakarta:
Kanisius
Aak. 2005. Dasar-dasar Bercocok Tanam. Yogyakarta:
Kanisius
Andika. 2011. Analisis Tanah Sawah Tadah Hujan.
http:/andikasepta.blogspot.com
BPPP Kementrian
Pertanian RI. 2010. Padi Inovasi
teknologi dan Ketahanan Pangan. Jakarta : Balai Pustaka.
Effendi, Pasandaraan, 1991. Irigasi
di Indonesia Strategis dan Pengembangan.jakarta: LP3ES.
Ekstensi. 2003. Membangun Sistem
Penyuluhan Pertanian Partisipatif Edisi.
Firdaus, M. 2010. Manajemen
Agribisnis. Jakarta: PT Bumi Aksara. Dalam Skripsi Roni Saidman.
Hendarto, K. 2007. Teknologi
Pemprosesan Pengemasan dan Penyimpanan Benih. Yagyakarta: Kanisius.
Ibrahim, Y. 2009. Studi Kelayakan
Bisnis. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Irnawt, Wordpress. 2011. Pengertian
Definisi dan Rumus Break Even Point.
Kementrian Pertanian. 2014. Inovasi
Pola Lahan Sawah Tadah Hujan. http://cybex.deptan.go.id
Khomsan, Ali. 2008. Rawan Pangan Rawan Gii. Kompas.
Kuswanto, H. 2000. Analisis Benih. Yogyakarta: ANDI
Martodireso, S. Dan
Suryanto, A.W.2006. agribisnis Kemitraan
Usaha Bersama. Yogyakarta: Kanisius.
Pitojo, Setiji. 1997. Budidaya Tanaman Padi Sawah Tabela.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Pranadji, T., dkk. 2005.
Pengelolaan Serangga dan Pertanian
Organik Berkelanjutan di Pedesaan. Jakarta.
Purwasasmita, M dan
Sutaryat, A. 2012. Padi Sri Organik
Indonesia. Jakarta: Penebar Swadaya.
Purwono dan Purnawati,
H. 2013. Budidaya 8 Jenis Tanaman Unggul.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Rahmawati, R. 2012. Cepat & Tepas Berantas Hama &
Penyakit Tanaman. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Soekartawi, 1997. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian.
Jakarta: PT RajaGrapindo Persada.
Soekartawi, 2000. Linear Programming Teori Aplikasinya Khusus
dalam Bidang Pertanian. Jakarta: PT RajaGrapindo Persada.
Soekartawi, 2002. Analisis Usahatani. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Sumodiningrat, G. 2001.
Menuju Swasembada Pangan Revolusi Hijau.
Jakarta: RBI.
Tambunan, Tulus. 2010. Pembangunan Pertanian dan Ketahanan Pangan.
Jakarta: Universitas Indonesia ( UI-Press).
Yuliyanto. 2014. Kajian Dampak Variabelitas Curah Hujan
Terhadap Produktivitas Padi Sawah Tadah Hujan di Kabupaten Magelang. Bolank_theexplorer@yahoo.com.
Lampiran 1
JADWAL PENELITIAN DAN PERSIAPAN UJIAN
Penelitian
ini akan dilaksanakan selama 3 bulan dengan perincian jadwal sebagai berikut :
No.
|
Jenis kegiatan
|
Jadwal Penelitian Bulan/Minggu Kegiatan
|
|||||||||||||||||||
Januari
|
Februari
|
Maret
|
April
|
Mei
|
|||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
|
Persiapan
Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Konsultasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Seminar Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Survey Lapangan (Ambil Data)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5.
|
Analisis Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6.
|
Pembuatan Skripsi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7.
|
Konsultasi dengan Pembimbing
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8.
|
Seminar Hasil
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9.
|
perbaikan Skripsi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
10.
|
Ujian Komfrehensif
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
11.
|
Perbaikan dan Perbanyakan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
12.
|
Skripsi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Lampiran 2
ANGGARAN BIAYA PENELITIAN
1.
Pra survey Rp.
60.000
2.
Persiapan proposal Rp.
200.000
3.
Pembuatan Proposal RP.
300.000
4.
Transportasi Rp.
216.000
5.
Biaya selama penelitian Rp.
1.000.000
6.
Biaya pembuatan laporan Rp.
1.000.000
7.
Biaya survey Rp.
500.000
8.
Biaya
tak terduga Rp.
200.000
Jumlah Rp.
3.476.000
Lampiran
3
DAFTAR
PERTANYAAN
I. IDENTITAS RESPONDEN
1.
Nama :.................................................
2.
Umur :.................................................
3.
Pendidikan :.................................................
4.
Lokasi/Desa :.................................................
5.
Jumlah Anggota Keluarga :.................................................
6.
Pekerjaan Pokok :.................................................
7.
Pekerjaan Sampingan :.................................................
8.
Tanggal Wawancara :.................................................
II. HUBUNGAN KELUARGA
Tabel 2. Identitas Responden Berdasarkan
Hubungan Keluarga:
No
|
Nama
|
Hubungan Keluarga
|
Jenis Kelamin
|
Umur
|
Pendidikan
|
1.
|
|
|
|
|
|
2.
|
|
|
|
|
|
3.
|
|
|
|
|
|
4.
|
|
|
|
|
|
5.
|
|
|
|
|
|
III. USAHATANI
1.
Berapa luas tanaman padi yang Bapak/Ibu usahakan?
ha..........................
2.
Apa status kepemilikan lahan Bapak/Ibu?
a.
Milik sendiri b. Disewa
3.
Kalau disewa berapa harga sewa pertahun
? Rp........................................
4.
Apakah Bapak/Ibu membayar pajak tanah
yang Bapak/Ibu usahakan?
a.
Ya b. Tidak
5.
Kalau Ya, berapa rupiah?...........................................................................
IV. MODAL USAHA
1.
Dari mana Bapak/Ibu mendapatkan modal
usahatani?
a.
Pribadi b.
Pinjaman
2.
Apakah modal Bapak/Ibu sudah mencukupi?
a.
Ya b.
Tidak
3.
Apakah usahatani tanaman padi ini
memerlukan modal yang besar?
a.
Ya b.
Tidak
4.
Apakah kendala Bapak/Ibu tentang modal
usaha ini?
V. PERSIAPAN LAHAN
1.
Apakah Bapak/Ibu melakukan pengolahan
tanah?
a.
Ya b.
Tidak
2.
Apakah Bapak/Ibu melakukan pencangkulan
tanah?
a.
Ya b.
Tidak
3.
Apakah Bapak/Ibu menggunakan mesin
trakror untuk mengolah tanah?
a.
Ya b.
Tidak
4.
Apakah dalam pengolahan tanah
menggunakan herbisida?
a.
Ya b.
Tidak
5.
Apakah dalam pengolahan tanah Bapak/Ibu
upahkan?
a.
Ya b.
Tidak
6.
Jika Ya, berapa upahnya per hektar?............................................................
VI. BENIH
1.
Varietas apa yang Bapak/Ibu gunakan?
a.
Unggul b.
Lokal
2.
Dari mana Bapak/Ibu memperoleh benih
padi tersebut?
a.
Milik sendiri b. Beli c.
Bantuan
3.
Jika Bapak/Ibu beli, berapa harga
perkilo? Rp............................................
4.
Berapa banyak benih yang Bapak/Ibu
gunakan? Kg...................................
5.
Alat apa yang digunakan dalam
penanaman?..............................................
6.
Apakah Bapak/Ibu melakukan penanaman sendiri?
a.
Ya b.
Tidak
7.
Jika tidak bagaimana mengerjakannya?
a.
Harian b.
Borongan
VII. PEMELIHARAAN
1.
Apakah Bapak/Ibu melakukan penyulaman?
a.
Ya b.
Tidak
2.
Apakah Bapak/Ibu melakukan penyiangan?
a.
Ya b.
Tidak
3.
Apakah Bapak/Ibu melakukan pemupukan?
a.
Ya b.
Tidak
Tabel 3: Jenis pupuk
yang digunakan petani di Desa Pulau Bayur
No.
|
Jenis
Pupuk
|
Jumlah
(kg)
|
Harga
(Rp)
|
Total
Harga
(Rp)
|
1.
|
Urea
|
|
|
|
2.
|
SP36
|
|
|
|
3.
|
KCL
|
|
|
|
4.
|
Pupuk
kandang
|
|
|
|
Jumlah
|
|
|
|
4.
Apakah Bapak/Ibu melakukan pengendalian
hama dan penyakit?
a.
Ya b.
Tidak
5.
Jika Ya, dengan cara apa?
a.
Kimia b.
Alami
Tabel 4: Jenis
pestisida yang digunakan petani di DesaPulau Bayur
No.
|
Jenis
Pestisida
|
Jumlah
(Unit)
|
Jumlah
Pemakaian
|
Harga
(Rp)
|
Jumlah
Biaya (Rp)
|
1.
|
Insektisida
|
|
|
|
|
2.
|
Rodensida
|
|
|
|
|
3.
|
Fungisida
|
|
|
|
|
Jumlah
|
|
|
|
|
VIII. PERALATAN
1.
Alat apa saja yang Bapak/Ibu
gunakan........................................................
Tabel
5: Jenis alat yang digunakan petani di Desa Pulau Bayur
No.
|
Nama
Alat
|
Jumlah
(Unit)
|
Harga/unit
(Rp)
|
Umur
Ekonomis (thn)
|
Nilai
Sisa (Rp)
|
1.
|
Cangkul
|
|
|
|
|
2.
|
Parang
|
|
|
|
|
3.
|
Sabit
|
|
|
|
|
4.
|
Garu
|
|
|
|
|
5.
|
Kored/tajak
|
|
|
|
|
Jumlah
|
|
|
|
|
IX.
PANEN
1.
Siapa yang melakukan panen?
a.
Sendiri b.
Diupahkan
2.
Alat apa yang digunakan untuk memanen?
a.
Sabit biasa b. Sabit gerigi c.
Tuai/ani-ani
X. PASCA PANEN
1.
Siapa yang melakukan perontokan?
a.
Sendiri b.
Diupahkan
2.
Alat apa yang digunakan untuk perontokan
padi?......................................
3.
Siapa yang melakukan pengangkutan?
a.
Sendiri b.
Diupahkan
4.
Siapa yang melakukan pembersihan?
a.
Sendiri b.
Diupahkan
5.
Berap produksi padi Bapak/Ibu selama
satu kali musim tanam? Kg..........
6.
Dikemanakan produksi padi Bapak/Ibu?
a. Dijual b. Konsumsi sendiri
XI.
TENAGA
KERJA
1.
Bagaimana rincian tenaga kerja kegiatan
usahatani padi yang Bapak/Ibu lakukan?.......................................................................................................
Tabel 6: Jenis
pekerjaan yang dilakukan oleh petani di Desa Pulau Bayur
No.
|
Jenis
Pekerjaan
|
TKDK
|
TKLK
|
Jam
|
Upah/jam
|
Jumlah
Biaya (Rp)
|
||
HKP
|
HKW
|
HKP
|
HKW
|
|||||
1.
|
Persiapan
lahan
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Persemaian
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Penanaman
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Pemeliharaan
|
|
|
|
|
|
|
|
5.
|
Panen
dan pascapanen
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan :
TKDK :
Tenaga Kerja Dalam Keluarga
TKLK :
Tenaga Kerja Luar Keluarga
HKP :
Hari Kerja pria
HKW :
Hari Kerja Wanita
Lampiran 4
OUT
LINE SEMENTARA
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
DAFTAR
TABEL
DAFTAR
LAMPIRAN
DAFTAR
GAMBAR
BAB
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Permasalahan
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Konsep Pemikiran
3.2. Konsep Operasional
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
4.2. Populasi dan Sampel
4.3. Pengumpulan Data
4.4. Analisis Data
BAB V HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
5.1. Keadaan Umum DaerahPenelitian
5.2. Identitas Responden
5.3. Analisis Usahatani Padi Sawah Tadah
Hujan
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
6.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
AYO SEMUA BERMAIN DI TOGEL PELANGI JANGAN LEWATKAN PROMO MENARIK DARI KAMI
BalasHapusHUBUNGI KONTAK KAMI :
BBM : D8E23B5C
WHAT APPS : +85581569708
LINE : togelpelangi
WE CHAT : togelpelangi
LIVE CHAT 24 JAM : WWW-ANGKAPELANGI-NET
SALAM JACKPOT DARI KAMI :)